Mohon tunggu...
Andhika Zulkarnaen
Andhika Zulkarnaen Mohon Tunggu... Wiraswasta - Founder of Cultura Magazine

A creativepreneur with more than 10 years of professional experience in communication, media, and creative industry.

Selanjutnya

Tutup

Inovasi Artikel Utama

Media Sosial, Arena Pertemuan Berbagai Kepentingan

5 April 2020   17:43 Diperbarui: 13 April 2023   10:42 453
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi bermain media sosial. (Photo via Pexels)

Jadi singkatnya, dalam konsep dunia virtual, digital path diolah algoritma menjadi gelembung penapis atau ruang gema. Melalui gelembung penapis inilah, prediksi algoritma atas apa yang kita ingin dan butuhkan bekerja. Ruang pandang atas gagasan dan informasi dipersempit. 

Bagaimana tidak, keinginan dan kebutuhan dikalkulasi berdasarkan "angka" yang diperkirakan oleh algoritma. Maka tidak heran jika baru berselancar tentang satu perkakas rumah tangga saja, beberapa jam berikutnya kita telah disuguhi dengan iklan-iklan serupa di akun media sosial kita.

Pada musim pemilihan presiden di Indonesia yang lalu, misalnya. Berbagai bentuk misinformasi dan disinformasi berseliweran di sana. Demi "satu" adalah "satu", dan "dua" adalah "dua". Meskipun prosesnya tidak sesingkat yang dibayangkan, namun saluran informasi dan jenis bacaan yang dikonsumsi masyarakat juga memiliki andil besar dalam kondisi sosial semacam itu. 

Tidak banyak orang yang bisa membangun ruang toleransi. Polarisasi pun tidak terhindarkan. Sekarang, pemilihan umum telah usai. Namun apakah "ribut-ribut" juga selesai? Jawabannya, tentu tidak. Gambaran jelas tentang bagaimana algoritma ini bekkerja bisa kita lihat pada film dokumenter The Great Hack (2019).

Di media sosial, kita bisa bersepakat dan tidak setuju dalam waktu yang bersamaan. Juga, berdebat tentang banyak hal yang sehat sampai yang paling "sakit" dengan orang yang kita kenal bahkan tidak kita kenal sekalipun. 

The Great Hack | via Netflix
The Great Hack | via Netflix

Media sosial menjadi arena pertemuan berbagai kepentingan

Dalam banyak hal, keputusan-keputusan penting seperti membisukan dan menghapus orang dari daftar pertemanan justru merupakan pilihan yang sehat. Bagaimana tidak, alasan-alasan di balik keputusan itu memang lebih banyak berakar masalah. 

Mulai dari merasa terganggu dengan postingan yang terlalu sering muncul, foto-foto liburan dan prestasi teman-teman, konten yang dianggap menghakimi hingga menjatuhkan, pembahasan tentang topik yang secara personal dianggap tidak menarik, atau pada sebagian orang yang menganggap bahwa berbeda pilihan politik juga adalah masalah, hingga pada postingan yang melanggengkan ingatan akan pengalaman-pengalaman menyakitkan di masa lalu.

Saya sendiri sudah menggunakan komputer sejak masih SMP (saat itu komputer masih menggunakan disket drive A & drive B), dan koneksi internet di Indonesia saat itu masih Telkomnet Instan (0809-8-9999). Saya juga sudah menjajal berbagai macam situs sampai platform media sosial, mulai dari mIRC, Friendster, Facebook, Instagram, dsb.

Tiap platform media sosial itu mempunyai fungsi dan karakter yang berbeda-beda, dan juga ikut membentuk karakter kita sebagai pengguna. Instagram misalnya, platform ini bisa dibilang 'arena pamer'. Di Instagram saya merasa harus menjadi "ada apanya", sedangkan Twitter membentuk saya menjadi "apa adanya". 

Instagram secara tidak langsung (dan tidak disadari) membuat saya kadang merasa iri melihat postingan seseorang, dan saya pun kadang terpancing untuk memamerkan sesuatu. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun