Mohon tunggu...
Amang
Amang Mohon Tunggu... Lainnya - Hamba lokal

Mungkin menulis adalah jalan kedua setelah hidup.

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Malam Kutukan

25 Februari 2021   18:03 Diperbarui: 25 Februari 2021   18:03 236
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Foto by anmust, Yogyakarta.

Malam mengenal baik lampu jalan dan sepanjang lintasan,

kerap menjelma tutup kaleng rombeng disisa-sisa warung remang,

gelapnya samar-samar mengelus gelandangan diemperan toko,

heningnya saling bentrok dengan suara lekar dalam perut pinggiran jalan atau gubuk-gubuk lusuh tak tersentuh kenyang,

sepinya menyukai ribut dengan kebingungan-kebingungan.

Kau akan menemui malam, meski menutup mata dan menidurkan fikiran.

Malam akan memelukmu agar kau sama sekali tak jemu.

Disimpang malam menuju pagi

Berjalan lirih sendiri

Tak ada yang terganggu oleh langkahnya

Tak ada yang merasa risih dengan lemah letih nafas nya

Derap kakinya hanya dituntun oleh bayangan

Yang diam-diam lampu jalanan juga mengelus punggungnya

Badannya yang lusuh disiram waktu

Berkali-kali ia menjarah malam

Memungut sisa-sisa makanan

Ia hanya berani teriak pada perutnya

"Aku lapar".

Dipojok perempatan

Diatas becak yang tak lekang oleh waktu

Tertidur setengah harapan diatas roda-roda nya

Tubuhnya melekuk, memeluk dingin

Dalam heningnya tertinggal doa

"Semoga esok, becakku tak kesepian".

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun