Ilustrasi/Kompasiana (Shutterstock)
Sebagai seorang dokter saya seringkali menemui pasien (orang tua) yang datang sendiri memeriksakan dirinya ke dokter dan bahkan mereka harus dirawat seorang diri ketika harus menjalani rawat inap lantaran anak-anak mereka sibuk dengan kegiatannya masing-masing. Dari beberapa yang saya temui kondisinya tidak terlalu memprihatinkan namun banyak juga yang kondisinya maaf "seperti ditelantarkan" oleh anak-anak mereka. Dari sanalah akhirnya saya mencoba membuat beberapa tulisan dari pengalaman saya bertemu pasien-pasien sepuh yang kurang mendapat perhatian dari anak-anak mereka. Cerita-cerita ini semoga membuat kita (anak) makin berbakti pada orang tua di sisa akhir hayat mereka.
Cerita pertama dimulai ketika beberapa waktu lalu saya merawat seorang ibu/nenek yang sudah sepuh. Beliau sudah lemah dan sakit karena memang usianya yang sudah renta. Ketika setiap hari saya kunjungi beliau, beliau selalu memanggil saya, "Nak, terima kasih sudah nengokin Simbah." Begitu terus ucapannya setiap kali saya datangi beliau.
Sudah 2 hari lamanya nenek itu saya rawat dan saya lihat hanya seorang ibu-ibu yang selalu menjaganya dan tampak beberapa orang silih berganti menjenguk beliau. Suatu ketika saya iseng bertanya ke ibu penjaga tadi, "Bu, maaf putranya Ibu "N" (pasien) tadi kok ga ada yang nungguin?"
Ibu itu diem sebentar lalu menarik saya keluar. "Nah itu Mas Dokter yang bikin si Ibu sakit. Selalu mikirin anaknya yang jarang sekali pulang untuk jenguk beliau."
"Lho la emang putranya berapa to?"
Ibu tadi menjawab, "Ada 7, Mas Dokter. Ada yang di luar pulau dan luar negeri. Singkat cerita memang anak-anaknya sukses semua dan sangat sibuk sehingga jarang bisa pulang. Nah, kemarin kata Simbah lihat Mas Dokter udah kaya lihat anaknya sendiri makanya beliau seneng dirawat sama njenengan."
Aduhh tersipu malu dalam hati :)
Hari berlalu dan tak terasa sudah 5 hari Nenek tadi masih belum juga sembuh dan kondisinya masih lemah. Akhirnya saya lihat ini memang ada faktor psikis yang membuat nenek tadi kondisinya tak kunjung membaik. Lalu saya berinisiatif untuk menelepon beberapa putra beliau yang ada di luar kota untuk datang. Namun begitu kaget dengan jawaban mereka, "Maaf Dok, kami benar-benar sedang sibuk dengan pekerjaan kami. Tolong Pak Dokter obati saja ibu kami. Untuk biaya dll jangan kuatir, kami yang akan tanggung. Insaallah kami akan pulang saat lebaran nanti, Dok!" Begitulah jawaban mereka.
Banyak orang yang tidak menyadari bahwa gangguan psikis seseorang dapat berakibat pada gangguan di tubuh kita mulai sistem kekebalan tubuh, sistem pencernaan, peredaran darah dan sistem organ yang lain. Sehingga jika problem psikis tidak dapat diselesaikan dengan baik, maka kondisi si sakit tentu juga akan sulit mengalami perbaikan.