Tidak bisa disangkal, alam semesta sebagai rumah bersama, tempat hidup bagi sebagian besar makhluk hidup lainnya.
Sebagai rumah bersama, tentu alam ini membutuhkan/butuh/memerlukan padu serasi (harmoni) dari semua kita.
Sebagai tempat hidup, mencari makan dan berkembang biak bagi sebagian besar makhluk hidup, tentu alam lingkungan pun perlu berlanjut kiranya.
Tampaknya, kita sudah semakin sering menyaksikan alam yang semestinya perlu padu serasi (harmoni) oleh kita, Namun, kita acap kali menyakitinya.
Alam memberi, kita yang harusnya menjaga dan memelihara namun sebaliknya kita tanpa henti berulah menyakitinya tanpa henti hingga hari ini. Itu realitanya yang ada saat ini.
Bukankah alam memberi sumber hidup bagi sebagian besar bagi kita, lingkungan kita dan makhluk hidup lainnya. Mengingat, ia memberi tanpa henti, tetapi kita pun diingatkan untuk menjaga dan merawatnya dengan cara-cara sederhana dari kita.
Tentu, sebagai sumber hidup, alam ini membutuhkan harmoni. Ya, membutuhkan harmoni karena kita semakin lupa makna sejati alam ini memberi kepada kita.
Kita pun sudah semakin sering ego dan merasa yang paling dari segalanya. Padahal, alam lah segalanya bagi sebagian besar makhluk. Kita tak jarang membabi buta dengan Tindakan-tindakan yang kita buat, lihatlah tidak sedikit hutan alam ini rebah tak berdaya, kita pun seolah-olah tanpa bersalah dan berdosa. Dalam hal ini ada untung bagi sebagian orang, ada buntung bagi Sebagian besar kita dan makhluk lainnya.
Kita pun sudah semakin abai, melihat tingkah dan polah sesama kita ataupun oleh tindakan kita sendiri. Kita sering menertawai pongah dan egonya kita kepada orang lain. Penderitaan, jerit, tangis akar rumput sering kali berhadapan dengan mengorbankan hutan, alam dan bumi ini.
Sebuah pertanyaan, kiranya selalu menggema kepada semua. Mengapa kita saling membutuhkan dan padu serasi dengan alam?