Guru SD Itu Menyulam Nilai di Tiap Lipatan Baju, Mari Ajarkan Kemandirian Hidup!
“Pendidikan sejati bukan hanya soal mengisi kepala, tetapi juga menyiapkan tangan dan hati untuk hidup dengan tanggung jawab.”
Oleh Karnita
Mengajarkan Kemandirian Sejak Dini, Bukan Sekadar Keterampilan Rumah Tangga
Adalah Muhammad Vicky Adi Purba saat mengajar di SD Negeri Kras 2, Kediri, Jawa Timur membuat kejutan kecil yang bergaung luas. Ia meminta murid-muridnya belajar menyetrika dan melipat baju. Sekilas sederhana, tapi di balik setiap lipatan itu tersimpan nilai besar: kemandirian, tanggung jawab, dan kesetaraan. Ia sedang mengajarkan anak-anak tentang hidup—bukan sekadar tentang kerapian.
Beberapa bulan sebelumnya, Dede Sulaeman, guru olahraga di SD Cianjur juga melakukan hal serupa. Di tengah riuhnya sistem pendidikan yang masih menomorsatukan nilai angka, kedua guru ini justru menyalakan bara kecil perubahan: pendidikan yang menumbuhkan karakter, bukan sekadar menguji hafalan. Mereka menyentuh akar persoalan sosial tanpa banyak bicara—melawan bias patriarki lewat keteladanan dan tindakan nyata.
Dari ruang kelas yang sederhana, mereka menegaskan kembali makna pendidikan: membentuk manusia yang mampu merawat dirinya dan menghormati kerja siapa pun. Setrika di tangan kecil itu bukan sekadar alat pelajaran, melainkan simbol kecil dari revolusi nilai. Ya, dari ruang kelas itulah kemandirian tumbuh, dan kesetaraan mulai disulam dengan lembut.
1. Tumbuhkan Tanggung Jawab Sejak Dini
Langkah kecil seperti membereskan mainan, membantu mencuci piring, atau menyetrika baju adalah awal dari pembelajaran besar: tanggung jawab. Anak-anak yang dibiasakan melakukan hal-hal ini sejak dini akan tumbuh dengan kesadaran bahwa hidup tidak bisa selalu dilayani. Psikolog anak Vera Itabiliana Hadiwidjojo menegaskan, tanggung jawab kecil yang dilakukan dengan konsisten membentuk rasa disiplin dan empati sosial yang kuat.
Guru di Kediri telah membuktikan hal itu lewat praktik nyata di kelas. Dengan cara sederhana, ia menunjukkan bahwa belajar bisa menyenangkan sekaligus mendidik karakter. Anak-anak tampak antusias, bukan karena mendapat nilai, tetapi karena merasa berguna dan dipercaya. Itulah titik awal tumbuhnya tanggung jawab personal—saat anak merasa tindakannya berarti bagi diri dan orang lain.