Musim yang Buruk
Musim 2024/2025 bisa dikatakan sebagai musim terburuk Manchester United di Liga inggris. Tercatat di pekan ke 36, mereka hanya mampu memperoleh 39 total poin. Laga terakhir yang Manchester United lakoni ialah ketika mereka melawan West Ham (11/05/2025), yang mana MU harus takluk di kandang dengan skor 0-2. Dalam laga melawan West Ham ini, MU sebenarnya tampil dengan mayoritas pemain inti, namun performa yang mereka tunjukkan sebagai sebuah tim sungguh sangat jauh dari harapan. Performa tim sangat datar, tanpa kreativitas di lini tengah dan minim ancaman di depan. Gol dari Tomas Soucek dan Jarrod Bowen seakan mengkonfirmasi betapa rapuhnya koordinasi di lini pertahanan MU. Dengan kekalahan ini MU terjerembab di posisi 16 Liga Premier Inggris. Namun meskipun begitu MU "untungnya" dipastikan aman dari ancaman degradasi.
Buruknya performa MU di liga domestik salah satunya karena faktor pergantian manajer pada akhir tahun 2024 lalu. Erik ten Hag, yang awalnya sempat membawa secercah angin segar di musim pertamanya, namun karena hasil yang kurang memuaskan ia harus dipecat dan digantikan oleh Rúben Amorim. Transisi kepemimpinan ini dinilai gagal memberikan stabilitas pada tim. Kebingungan taktis, kurangnya chemistry antar pemain, yang berimbas pada semakin merosotnya performa di lapangan. Memang harus diakui masih terlalu dini untuk menilai sang manajer baru ini, sebab tentunya butuh waktu untuk menyesuaikan taktik dari Amorim.
Secercah Harapan di Europa League
Walaupun begitu, di tengah kegagalan Premier League, MU justru menunjukkan mentalitas berbeda di Eropa. Mereka berhasil melaju ke final UEL setelah mengalahkan Athletic Club di semi final. Kini, mereka akan berhadapan dengan tim sesama Inggris, yakni Tottenham Hotspur dalam partai puncak yang digelar di Bilbao, Spanyol. Tercatat dalam 5 pertemuan terakhir melawan Tottenham, MU sama sekali gagal mencatatkan kemenangan. Walaupun begitu, tak menjadi halangan bagi pasukan setan merah. Meskipun terdapat beberapa pemain MU yang absen seperti Joshua Zirkzee, Diogo Dalot, dan Lisandro Martinez, namun kembalinya Mason Mount dan Amad Diallo dari cedera menjadi tambahan kekuatan yang sangat penting bagi lini serang setan merah. Dalam laga final ini, seakan menjadi "penyelamat" bagi tim yang menang, sebab MU maupun Tottenham sama-sama mengalami musim yang buruk di liga domestik, serta saat ini kedua tim tersebut terlempar dari zona 4 besar yang membuat mereka tidak bisa tampil di ajang UCL. Bagi setan merah khususnya, laga ini bukan sekadar pertarungan memperebutkan piala, melainkan ujian pamungkas guna menebus buruknya performa di sepanjang musim ini. Dengan kemenangan di final Europa League ini bisa menjadi titik balik yang mengubah narasi, dari musim yang penuh dengan masalah. Trofi tersebut tak hanya akan menjadi penyelamat tiket Liga Champions, namun juga menjadi harapan, guna membangun kembali kejayaan Manchester United di musim-musim yang akan datang.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI