Mohon tunggu...
Zaly
Zaly Mohon Tunggu... Mahasiswa

Seseorang yang gemar menulis cerpen dan karya lainnya. bisa kunjungi akun instagram untuk lebih lanjut !

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Kode Keberanian

2 September 2025   09:54 Diperbarui: 2 September 2025   09:54 27
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sinar monitor menyorot wajah Rian, memantulkan kilau dari pedang virtual yang dipegangnya. Ruangan kamarnya dipenuhi poster-poster gim, tumpukan buku pelajaran di pojok seolah menjadi artefak kuno yang tak tersentuh. Rian adalah seorang ksatria digital ulung di dunia Aethelgard Online, tapi di dunia nyata, ia hanyalah seorang siswa SMA yang kesulitan memahami rumus fisika.

"Rian! Jam segini masih main gim?" Suara ibu menggelegar dari ambang pintu. "Besok ulangan, loh. Gim itu cuma buang-buang waktu!"

Rian menghela napas. "Bukan buang-buang waktu, Bu. Ini melatih strategi, koordinasi..." Ia tak melanjutkan. Percuma. Ibunya takkan pernah mengerti.

Malam itu, Rian kembali ke Aethelgard. Ia dan timnya, 'The Code Breakers,' sedang menghadapi Raja Golem, bos terberat di level 99. Untuk mengalahkannya, mereka harus menyelesaikan serangkaian teka-teki. Rian, sebagai pemimpin tim, bertugas memecahkan teka-teki tersebut.

Teka-teki pertama muncul: F = ma.

"Gampang!" ujar Rian. "Ini rumus gaya. Pasti harus pakai sihir yang punya kekuatan dorong besar."

Timnya berhasil melumpuhkan Golem dengan sihir dorong. Namun, teka-teki kedua lebih sulit. Muncul sebuah diagram rangkaian listrik yang rumit. Rian mengerutkan dahi. Ia ingat pernah melihat diagram serupa di buku fisika yang tidak pernah ia sentuh.

"Rian, bagaimana? Kita gak bisa lanjut kalau gak dipecahkan," tanya Lino, salah satu anggota tim.

Baca juga: Kisah Pena Emas

Rian panik. Jantungnya berdebar. Ia merasa malu. Di gim ini, ia dikenal cerdas, tapi teka-teki ini seperti tembok yang tak bisa ditembus. Ia teringat kembali kata-kata ibunya. "Gim itu cuma buang-buang waktu." Mungkinkah kali ini ibunya benar?

Ia pun mengambil keputusan nekat. Ia keluar dari gim, lalu mencari buku fisika miliknya. Ia membuka halaman demi halaman, matanya menelusuri rumus-rumus dan diagram yang selama ini ia abaikan. Ternyata, teka-teki di gim adalah aplikasi nyata dari hukum Ohm. Rian kembali ke gim dengan semangat baru.

"Oke, guys! Kita harus mengalirkan arus listrik dari sumber A ke B, tapi melewati resistansi tertentu," jelas Rian. "Lino, pakai sihir petir. Vika, pakai perisai sihirmu untuk membelokkan arus. Aku akan jadi 'ground' untuk menyalurkan kelebihan energi."

Satu per satu teka-teki berhasil mereka pecahkan. Serangan mereka terkoordinasi sempurna, menggabungkan strategi gim dan ilmu fisika. Akhirnya, Raja Golem pun tumbang, pecah menjadi ribuan keping cahaya. Layar menampilkan tulisan: MISSION COMPLETE!

Rian menatap layar dengan senyum lebar, bukan karena kemenangan itu sendiri, melainkan karena kesadaran yang baru ia temukan. Ia menyadari, pengetahuan yang ia anggap tak berguna di sekolah ternyata bisa menjadi alat paling ampuh dalam pertempuran.

Pagi harinya, saat ulangan fisika, Rian merasa tegang. Namun, begitu ia melihat soal pertama, senyum kembali merekah. Soal itu tentang rangkaian listrik, persis seperti yang ia hadapi di gim semalam. Dengan yakin, ia mulai menuliskan jawabannya, mencoret-coret rumus dengan lancar.

Sejak saat itu, Rian tidak lagi menganggap belajar sebagai beban. Ia melihatnya sebagai sebuah kode untuk membuka level-level baru dalam hidupnya. Ia sadar, dunia digital dan dunia nyata bukanlah dua hal yang terpisah, melainkan dua sisi dari koin yang sama, di mana pengetahuan adalah kunci untuk menaklukkan setiap tantangan.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun