utuh durinya terasah tajam
dan khatam mencari tangis di sepanjang jalan awam.
Â
Sesiang lalu, napasku pulas di pangkuan bumi, Nimas
hingga terasa kebenaran pralaya
menunggu, menegurku,
lalu membenamkan napasku dalam gersang keringat lamunan.
Â
Sekarang, katakanlah
bahwa ceritaku tidak menyakitkan
sebab hitam-putih filantropi berjatuhan
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!