Remang wajah bumi
desau lirih pertanda mata langit gerimis
di sisi pagi
bercengkrama dalam kelembutan kabut
tiada warna distorsi diri
cukuplah puisi
dan itulah harmoni
Â
Pada selangkah detik yang terlewati
senyap ditawan naluri
bayang cinta berlawanan arah
terasing rindu
di kelembaban rahim tanah
ambigu
Â
Pagi tiada mentari
citra gerimis menghapus embun tanpa arti
bunga-bunga kasih bersemedi
tertunduk insan bumi
khidmat menjiwai instrumen Illahi
larut dalam kekata puisi
seperti pasir waktu
sabda rahsa anglocita
tertulis melaui jari-jari.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI