Dan itu (bagi saya) adalah kekuasaan kata yang paling mulia.
Bukan kekuasaan untuk menguasai.
Tapi kekuasaan untuk memberi.
Untuk menyembuhkan.
Untuk menghadirkan.
Â
Esok, saya akan kembali ke ruang pelatihan.
Mungkin lewat zoom. Mungkin di teras rumah.
Saya akan bawa laptop, secangkir kopi, dan hati yang siap menerima luka-luka indah dari peserta.
Lalu, bersama mereka, saya akan menulis bukan untuk terkenal,
tapi untuk saling mengingatkan:
kita manusia.
kita retak.
tapi kita bisa utuh, lewat kata-kata yang saling memeluk.
Saya menulis ini ketika murid saya satu-satunya di jam pelajaran ketiga dan ketujuh tidak berangkat sekolah.
Saya sadar bahwa kekuasaan sejati bukan di podium,
tapi di tangan yang rela memegang pena orang lain,
lalu membantunya menulis: "Aku ada. Aku berarti."
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI