Mohon tunggu...
Alfred Benediktus
Alfred Benediktus Mohon Tunggu... Menjangkau Sesama dengan Buku

Seorang perangkai kata yang berusaha terus memberi dan menjangkau sesama. I Seorang guru di SMP PIRI, SMA dan SMK Perhotelan dan SMK Kesehatan. I Ia juga seorang Editor, Penulis dan Pengelola Penerbit Bajawa Press. I Melayani konsultasi penulisan buku. I Pemenang III Blog Competition kerjasama Kompasiana dengan Badan Bank Tanah

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

[laudatosi] Tangisan Bumi dan Panggilan Pertobatan

13 September 2025   07:58 Diperbarui: 13 September 2025   09:04 55
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
(sumber: keuskupanpadang)

Ini bukan kebetulan.
Ini adalah keadilan yang dibalik.
Keadilan yang dibeli dengan harga darah.

Pertobatan Ekologis: Bukan Gerakan, Tapi Doa yang Menjadi Tindakan

Lalu, apa yang harus kita lakukan?

Bukan hanya memungut sampah.
Bukan hanya memakai tas kain.
Bukan hanya menandatangani petisi.

Tapi berubah dari dalam.

Pertobatan ekologis bukan tentang teknologi.
Ia tentang hati yang kembali menyadari bahwa segala sesuatu saling terhubung.

Menanam pohon? Itu doa.
Mengurangi konsumsi? Itu doa.
Berbicara kepada orang yang meremehkan iklim? Itu doa.
Memilih membeli produk lokal, bukan impor yang menghabiskan energi ribuan kilometer? Itu doa.
Mendengarkan tangisan nelayan, petani, atau korban Lumpur Lapindo,
dan tidak berpura-pura tidak mendengar? Itu doa.

Paus Fransiskus tidak menawarkan solusi instan.
Ia menawarkan jalan spiritual:
"Kembalilah ke sederhana.
Kembalilah ke kehidupan yang penuh syukur.
Kembalilah ke hubungan, bukan dominasi."

Dan inilah yang paling radikal:
Kasih adalah tindakan paling revolusioner di era ini.

Solidaritas Universal: Kita Bukan Sendiri

Krisis iklim bukan masalah Indonesia.
Bukan masalah Amerika.
Bukan masalah perusahaan minyak.
Ini adalah masalah umat manusia.

Laudato Si' mengajak semua,
umat Katolik, Muslim, Buddha, Hindu, Konghucu, Aliran Kepercayaan, ateis,
para ilmuwan, politisi, pedagang kaki lima,
anak-anak yang bermain di tepi sungai:
untuk duduk bersama.

Bukan sebagai lawan,
bukan sebagai korban,
tetapi sebagai keluarga.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun