Mohon tunggu...
Alfred Benediktus
Alfred Benediktus Mohon Tunggu... Menjangkau Sesama dengan Buku

Seorang perangkai kata yang berusaha terus memberi dan menjangkau sesama. I Seorang guru di SMP PIRI, SMA dan SMK Perhotelan dan SMK Kesehatan. I Ia juga seorang Editor, Penulis dan Pengelola Penerbit Bajawa Press. I Melayani konsultasi penulisan buku. I Pemenang III Blog Competition kerjasama Kompasiana dengan Badan Bank Tanah

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

[laudatosi] Tangisan Bumi dan Panggilan Pertobatan

13 September 2025   07:58 Diperbarui: 13 September 2025   09:04 55
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
(sumber: keuskupanpadang)

Karena jika kita tidak saling menjaga,
siapa yang akan menjaga kita?

Perjanjian Paris bukan akhir.
Ia adalah awal dari sebuah peradaban yang baru,
peradaban yang tidak mengukur kemajuan dengan GDP,
tapi dengan kehidupan yang layak, adil, dan lestari.

Kesimpulan: Pakaian Tanpa Jahitan

Rumah bersama kita
bukan bangunan dari beton dan baja.
Tapi jaringan hidup:
akar yang saling menyentuh,
angin yang mengalir tanpa batas,
air yang mengalir dari gunung ke laut,
dan manusia yang seharusnya menjadi penjaga,
bukan tuan.

Kita telah mengenakan pakaian yang jahitannya robek.
Pakaian yang terbuat dari keserakahan,
dijahit dengan keegoisan,
dipernis dengan ilusi kemajuan.

Tapi ada harapan.

Karena di setiap tindakan kecil yang penuh cinta,
ada benih kerajaan Allah yang tumbuh di tanah yang retak.

Di setiap anak yang diajari untuk menyayangi burung,
di setiap ibu yang menanam sayur di pekarangan,
di setiap remaja yang berdiri di depan pabrik,
meneriakkan kebenaran,

di situlah, rumah bersama kita mulai pulih.

Sebuah Doa untuk Bumi

Ya Tuhan,
Engkau menciptakan dunia bukan untuk dieksploitasi,
tapi untuk dicintai.
Ampuni kami yang mengira kami tuan atas-Mu.
Ampuni kami yang menganggap alam sebagai barang bekas.
Ampuni kami yang diam saat yang lemah menjerit.

Buatlah hati kami seperti tanah yang subur,
tempat benih kasih tumbuh,
bukan tempat sampah yang terus bertambah.

Ajarkan kami untuk berhenti.
Untuk mendengar.
Untuk menangis bersama.
Untuk bangkit bersama.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun