1. Puisi : Pemberhentian Perasaan
Di dalam perjalanan pemberhentian perasaan
dada terasa begitu sesak.
Air mata terjatuh tanpa alasan yang jelas
hati terus menggebu-gebuÂ
pikiran selalu berkeliaran.
Sering kali aku bertanya pada diriku sendiri
tentang bagaimana bisa saya menaruh perasaan padamu?
Saat ini, pikiranku sedang mengingat keras
akan sebenarnya siapa kita?
Aku membuka kembali keseluruhan galeri lama tentangmu.
Dengan ketidaksadaran aku menghapus keseluruhan memori tentangmu.
Aku membaca kembali tulisan-tulisan tentangmu.
Aku lupa bahwa kita hanya sekadar kenal, tidak lebih dari itu.
Wahai Tuan,Â
sungguh aku tidak mengerti akan perasaanku.
Berjumpa dengan tuan yang lain
namun hatiku tak mampu berpaling.
Dan kini tidak pernah kukira,
bertahun-tahun aku hanya berada dalam kesia-siaan.
2. Puisi : Rasa yang telah Usai
Apakah segalanya akan usai, An?
Datanglah padaku sekejap saja
untuk memastikan bahwa segalanya akan tetap berlanjut.
Ruang hatiku sudah menumpuk penuh,
akan rindu yang tidak tertuaikan.
Kau pamit dan juga belum kunjung kembali.
An, Bukankah perbedaan dapat disatukan?
bukankah ketidakpantasan dapat dipantaskan?
Tolong, jangan matikan situasi yang ada,
tidak masalah jika kau tak menyelipkan tanya disetiap tanyaku
namun setidaknya jangan membuatku merasa dirimu tidak pernah ada.
Sudah kesekian kalinya,
aku mencari kehadiranmu.
Salahkah bila aku mencintaimu?
Semesta telah mempertemukan kita
lalu apakah takdir akan memisahkan kita?
3. Puisi : Angan dalam memilikimu
Malam ini hujan menemaniku,
mengikuti kisahku tanpa harus kuceritakan.
Tuan, mencintaimu adalah suatu hal yang indah
dekat denganmu terasa aman dan nyaman.
Memilikimu adalah ketidaksadaran hati yang terus berangan-angan.
Cinta telah menggelapkan hatiku,
membuat waktuku terbuang begitu saja.
Sungguh, An
aku tidak pernah memaksamu untuk membalas cintaku.
Karena kini kusadari,
perasaan tidak harus berjalan tanpa henti.
Mengikhlaskanmu adalah suatu tindakan yang sedang kujalani.
Berharap hati yang mulai mengosong ini
tidak ditempati oleh seseorang yang salah.
4. Puisi : Melapaskanmu
Tuan,
di lembaran kertas dengan tinta hitam ini
Pun di dalam sajak yang kutuju untukmu
Sungguh aku telah melepaskanmu.
Melepaskanmu yang tidak pernah kugenggam.
Sulit bagiku untuk melakukannya
sakit bagiku untuk merasakannya.
Tetapi aku tidak memiliki banyak waktu
untuk menyimpan perasaan yang tidak pernah pasti adanya untukku.
Mungkinkah kisah cintaku denganmu hanya ada dalam ilusiku?
Sejauh ini perasaanku masih sama Tuan.
Tetapi bukankah kita tidak mungkin bersama?
Aku tidak pernah ingin memaksa kehendak,
mencintai namun tidak dicintai
mengharapkan namun tidak diharapkan.
Bukankah sejatinya aku sedang mencintai kebodohanku?
Di bait rangkaian kata ini,
izinkan aku melepaskan perasaanku.
5. Puisi : Terjebak dalam Lingkaran Cinta
Kau tahu, bagaimana rasanya mencintai seseorang yang mencintai orang lain?
Mencintai seseorang yang tak suka kehadiranmu?
Ya, itu terlalu menyakitkan.
Dan sangat disayangkan
kau menjadikan dirimu bodoh
karena mengabaikan dan membuat pergi orang yang mencintaimu dengan tulus
hanya untuk mengejar seseorang yang tak pernah ingin kau hadir dalam hidupnya.
Kau tahu, bagaimana rasanya berharap pada seseorang yang seringkali membuatmu kecewa?
Ya, itu terlalu pahit.
Aku tahu semua rasa itu
Aku tahu betapa terlukanya hatimu
Pun aku tahu betapa sakitnya ketika berusaha untuk melenyapkannya dalam ingatan.
Bertahun-tahun aku terjebak dalam lingkaran cinta.
Bukankah aku adalah orang bodoh yang pernah mencintai manusia sedalam lautan?
Yang pada akhirnya, aku sendiri yang sulit berenang kedaratan.
Aku terluka dalam,
kini aku sedang dalam proses pemulihan.
oleh : Alfitria Hasanah