Salah satu hal yang bisa dilakukan adalah mempertegas pengawasan saat ujian berlangsung di sekolah. Jangan beri celah sedikit pun untuk praktik curang.
"Guru killer" ialah istilah yang cukup kontroversial dan dulu istilah ini banyak ditakuti. Tapi apakah benar guru killer tidak dibutuhkan?
Ternyata saat ujian, keberadaan guru killer ---dalam arti pengawas yang tegas dan disiplin tinggi--- sangat dibutuhkan.
Bukan untuk menakut-nakuti tapi untuk menjaga agar ruang ujian tetap steril dari kecurangan.
Berdasarkan pengalaman saya, ketika guru pengawas benar-benar fokus maka para siswa akan berpikir dua kali untuk mencontek.
Sebaliknya, ketika pengawas justru sibuk ngobrol atau asyik scroll medsos maka dijamin ruang ujian jadi ajang kecurangan.
Di titik ini, kita perlu revolusi pengawasan dalam ujian. Ketegasan adalah bentuk kasih sayang jangka panjang.
Jangan biarkan anak-anak tumbuh menjadi generasi yang hanya mengejar hasil. Ajari mereka bahwa proses yang jujur jauh lebih mulia daripada hasil instan penuh kecurangan.
Sayangnya, budaya kita masih sering terjebak pada mentalitas "nilai bagus = anak pintar". Padahal, nilai hanyalah salah satu indikator. Bahkan seringkali ia menipu.
Bisa saja nilai tinggi diraih lewat contekan, tapi siapa yang akan bertanggung jawab terhadap rusaknya nilai moral?
Sekolah harus jadi tempat membangun dua hal: kompetensi dan karakter. Tanpa salah satu diantara keduanya maka hasilnya akan timpang.