Kurang tidur adalah masalah yang serius. Masalah ini sering diremehkan orang.Â
Padahal, dampaknya sangatlah besar. Bukan hanya membuat badan lelah.Â
Kurang tidur kronis merusak otak. Kerusakan ini terjadi secara parah. Penelitian modern membuktikan fakta itu.
Otak kita sangat butuh waktu tidur. Ini untuk bekerja membersihkan dirinya. Saat kita tidur, sistem glimfatik bekerja. Sistem ini bekerja paling efektif.Â
Tugasnya membersihkan racun-racun berbahaya. Seperti beta-amiloid dan protein tau. Keduanya terkait penyakit Alzheimer. (The Institute for Functional Medicine; National Center for Biotechnology Information, 2020).Â
Jika racun ini terus menumpuk. Maka risiko penyakit bisa meningkat. Namun, ada penelitian terbaru. Penelitian dari Imperial College London (2024).Â
Penelitian itu menunjukkan hal lain. Pembersihan racun bisa saja berkurang. Ini mengindikasikan kompleksnya cara kerja otak.
Kurang tidur kronis menghambat pembersihan. Akibatnya otak rentan pada kerusakan.Â
Sebuah studi besar telah dilakukan. Studi dari Yale School of Medicine. Studi melibatkan hampir 40.000 subjek. Subjek berasal dari UK Biobank.Â
Studi menemukan orang kurang tidur. Mereka tidur kurang dari enam jam. Mereka menunjukkan tanda penuaan otak. Seperti volume materi abu-abu berkurang. Juga terganggunya jalur materi putih. (Yale Daily News, 2024; Yale School of Medicine).Â
Dampak buruknya otak sulit bekerja. Otak sulit memproses semua informasi. Otak juga sulit mengatur emosi. Serta sulit untuk menjaga ingatan.
Dampak negatif kurang tidur terasa. Kita jadi sulit untuk berkonsentrasi. Kita juga sulit memecahkan masalah. Serta sulit mengambil sebuah keputusan.Â
Seiring waktu, masalah bisa memburuk. Sebuah meta-analisis mengonfirmasi hal itu. Tidur pendek kronis menyusutkan otak.Â
Hal ini terjadi pada orang dewasa. Walaupun belum ada gejala neurologis. (PubMed, 2024; National Center for Biotechnology Information, 2024).Â
Selain itu, orang kurang tidur. Mereka juga sulit untuk mengingat. Sulit mengingat hal baru juga lama. Karena fungsi hippocampus menjadi terganggu. Bagian ini penting untuk konsolidasi memori. (National Center for Biotechnology Information, 2013).
Ada hubungan kurang tidur dan penyakit. Seperti Alzheimer dan juga Parkinson. Hubungan ini bersifat dua arah. Kurang tidur menaikkan risiko penyakit.Â
Sebaliknya, penyakit mengganggu pola tidur. Ini menciptakan sebuah lingkaran setan. Akibatnya otak tidak pulih sempurna.Â
Penelitian menunjukkan sebuah fakta penting. Kurang tidur semalam tingkatkan protein. Kadar protein tau meningkat 50%. Protein tau lebih signifikan terpengaruh. Daripada protein jenis amiloid-beta.Â
Hal ini mengganggu komunikasi saraf. Lalu menyebabkan penurunan fungsi kognitif. (American Physiological Society, 2019; The Journal of Neuroscience, 2019).
Bukan hanya otak yang rusak. Seluruh tubuh juga ikut rusak. Akibat dari kurangnya waktu tidur. Peradangan dan stres oksidatif meningkat. Peningkatan terjadi secara sangat kronis. Hal ini dapat merusak sel otak. Juga merusak semua jaringan saraf.Â
Kerusakan ini terlihat sangat jelas. Studi pencitraan saraf telah menunjukkannya. Volume otak berkurang di wilayah penting. Kondisi ini tingkatkan kerentanan penyakit. Seperti penyakit demensia dan stroke.
Kurang tidur jarang terjadi sendiri. Ini sering berkaitan kondisi lain. Seperti masalah jantung dan metabolik. Kombinasi hipertensi dan kurang tidur. Dapat mempercepat proses penuaan otak.Â
Caranya dengan mengurangi aliran darah. Aliran darah membawa nutrisi oksigen. Demikian pula kondisi seperti diabetes. Serta gaya hidup tidak sehat.Â
Contohnya seperti kebiasaan aktif merokok. Ini dapat memperburuk stres oksidatif. Serta juga memperburuk peradangan. Akhirnya meningkatkan risiko penurunan kognitif. (Dovepress; American Medical Student Research Journal, 2024).
Mengingat dampak kurang tidur besar. Penanganannya harus menjadi suatu prioritas.Â
Ada beberapa praktik yang sederhana. Seperti menjaga jadwal tidur konsisten. Juga mengurangi waktu menatap layar. Serta menciptakan lingkungan tidur tenang.Â
Praktik ini tingkatkan kualitas tidur. Teknik lain juga bisa membantu.Â
Contohnya meditasi, yoga, terapi kognitif.Â
Terapi Perilaku Kognitif untuk Insomnia (CBT-I). Terapi ini sangat efektif sekali.Â
Untuk menangani pikiran dan perilaku negatif. Yang menyebabkan masalah sulit tidur. (National Center for Biotechnology Information, 2023; The International Journal of Medical Students).
Untuk kasus kurang tidur tertentu. Yang disebabkan oleh kondisi medis. Contohnya seperti kondisi sleep apnea. Perawatan medis menjadi sangat penting. Seperti terapi CPAP atau sejenisnya. (Journal of Clinical Sleep Medicine, 2019; Cleveland Clinic).Â
Selain itu, lakukan aktivitas fisik teratur. Pola makan seimbang juga penting. Dan hindari stimulan sebelum tidur. Seperti kafein dan minuman sejenisnya. Ini fondasi tidur yang berkualitas.
Penelitian terus berjalan sampai sekarang. Untuk mengungkap hubungan tidur otak. Intinya, kurang tidur bukan ketidaknyamanan. Melainkan sebuah faktor risiko kritis. Faktor untuk penuaan otak kognitif.Â
Saat tubuh kita sedang beristirahat. Otak melakukan sebuah proses kompleks. Proses ini sangat krusial sekali. Untuk menjaga struktur dan fungsinya.Â
Dengan memprioritaskan tidur yang cukup. Kita mengambil langkah yang penting. Untuk menjaga kesehatan organ otak.Â
Serta meningkatkan kualitas hidup kita. Menjaga tidur adalah menjaga masa depan.
***
Referensi
- Ahmad, M., & Taufik, M. (2024). Diabetes Mellitus, Metabolic Syndrome, and Sleep. American Medical Student Research Journal, 11(1), e240103. https://doi.org/10.59422/amsrj.240103
- Cleveland Clinic. (n.d.). CPAP Machine. Diakses pada 26 Juli 2025, dari https://my.clevelandclinic.org/health/treatments/22043-cpap-machine
- Eugene, A. R., & Masiak, J. (2015). The Neuroprotective Aspects of Sleep. MEDtube Science, 3(1), 35--40.
- Holth, J. K., Fritschi, S. K., Wang, C., Pedersen, N. P., Cirrito, J. R., Mahan, T. E., ... & Holtzman, D. M. (2019). The sleep-wake cycle regulates brain interstitial fluid tau in mice and CSF tau in humans. The Journal of Neuroscience, 39(32), 6315--6329. https://doi.org/10.1523/JNEUROSCI.2928-18.2019
- Imperial College London. (2024, Mei 23). Scientists find sleep may clear 30% fewer brain toxins than previously thought. https://www.imperial.ac.uk/news/253273/scientists-find-sleep-clear-brain-toxins/
- Lirgg, M., & Sun, H. (2024, Februari 8). Yale scientists uncover link between impaired sleep and indications of poor brain health. Yale Daily News. https://yaledailynews.com/blog/2024/02/08/yale-scientists-uncover-link-between-impaired-sleep-and-indications-of-poor-brain-health/
- Lucey, B. P., & Holtzman, D. M. (2020). Sleep and neurodegenerative diseases. National Center for Biotechnology Information. https://pmc.ncbi.nlm.nih.gov/articles/PMC7698404/
- Luo, J., Yin, Y., Chen, W., & Li, F. (2023). The effect of cognitive behavioral therapy for insomnia on sleep quality and psychological status in adults: A systematic review and meta-analysis. Frontiers in Psychiatry, 14, 1198481. https://doi.org/10.3389/fpsyt.2023.1198481
- Papatheodorou, A., & Pandra, E. (2024). The Association Between Short Sleep Duration and Metabolic Syndrome: A Narrative Review. Diabetes, Metabolic Syndrome and Obesity, 17, 141--155. https://doi.org/10.2147/DMSO.S444011
- Peker, Y., Hedner, J., Norum, J., Kraiczi, H., & Carlson, J. (2006). Long-term compliance with continuous positive airway pressure (CPAP) in obstructive sleep apnea (OSA) patients. Journal of Clinical Sleep Medicine, 2(4), 417-423. https://doi.org/10.5664/jcsm.8204
- Rasch, B., & Born, J. (2013). About sleep's role in memory. Physiological Reviews, 93(2), 681--766. https://doi.org/10.1152/physrev.00032.2012
- Shokri-Kojori, E., Wang, G. J., Wiers, C. E., Demiral, S. B., Guo, M., Kim, S. W., ... & Volkow, N. D. (2018). -Amyloid accumulation in the human brain after one night of sleep deprivation. Proceedings of the National Academy of Sciences, 115(17), 4483-4488. https://doi.org/10.1073/pnas.1721694115
- The Institute for Functional Medicine. (n.d.). Sleep and Biotransformation. Diakses pada 26 Juli 2025, dari https://www.ifm.org/articles/sleep-and-biotransformation
- Vozmediano, A. G., Garcia, A. D., & de la Cruz, J. C. C. (2023). Effectiveness of cognitive-behavioral therapy for insomnia on the quality of sleep in adults: A systematic review. The International Journal of Medical Students, 11(2), 123-130. https://doi.org/10.5195/ijms.2023.652
- Yale School of Medicine. (n.d.). Poor Sleep May Increase Markers of Poor Brain Health, New Study Finds. Diakses pada 26 Juli 2025, dari https://medicine.yale.edu/news-article/poor-sleep-may-increase-markers-of-poor-brain-health-new-study-finds/
- Zhang, Z., Li, Y., Li, X., Zhou, L., & Li, Y. (2024). Chronic short sleep duration and brain aging in middle-aged and older adults: a prospective cohort study. Journal of Affective Disorders, 354, 475-482. https://doi.org/10.1016/j.jad.2024.03.078
- Zheng, Y., Li, S., Wang, Y., Zhang, Y., & Wang, Y. (2024). Association between sleep duration and brain structure in a middle-aged and elderly population without dementia. PubMed. https://pubmed.ncbi.nlm.nih.gov/39612715/
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI