Mohon tunggu...
Ahmad Husen
Ahmad Husen Mohon Tunggu... PENGGAGAS TRILOGI CAHAYA: Lentera Jiwa | Pelita Negeri | Cahaya Semesta

Penulis Trilogi Cahaya: Lentera Jiwa, Pelita Negeri, dan Cahaya Semesta. Menulis untuk menyalakan hati, membangun negeri, dan merajut harmoni semesta. Berbagi kisah, refleksi, dan gagasan yang menuntun jiwa menuju kedamaian yang tak tergoyahkan.

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

TRILOGI CAHAYA: Menyalakan Lentera di Tengah Kabut Keraguan

22 Agustus 2025   16:17 Diperbarui: 22 Agustus 2025   16:17 34
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Seorang mahasiswa yang gelisah menghadapi skripsi menyalakan lentera dengan terus berusaha, bertanya, belajar, dan berdoa.

  • Seorang ibu yang ragu mampu mendidik anak-anaknya menyalakan lentera dengan kesabaran, pelukan, dan doa di sepertiga malam.

  • Seorang petani yang takut gagal panen menyalakan lentera dengan bekerja tekun, sambil percaya pada hujan yang akan turun.

  • Seorang pejuang kebenaran yang diragukan banyak orang menyalakan lentera dengan terus berkata jujur, meski dunia memanggilnya bodoh.

  • Lentera itu bukan sekadar cahaya menuju langit, tetapi juga api kecil yang menghangatkan bumi. Ia membumi dalam tindakan sederhana, namun cahaya maknanya menembus hingga ke langit ilahi.

    Kisah: Sang Musafir dan Lentera

    Konon, ada seorang musafir yang berjalan di lembah berkabut. Jalannya terjal, pandangannya terbatas. Ia membawa lentera kecil yang nyaris padam tertiup angin.

    "Untuk apa lentera sekecil itu?" tanya seorang yang ditemuinya. "Kabut terlalu pekat, jalan terlalu jauh. Cahaya itu tidak akan cukup."

    Sang musafir tersenyum. "Mungkin lentera ini tak mampu menyingkirkan kabut. Tapi ia cukup untuk menunjukkan langkahku berikutnya. Dan dengan satu langkah berikutnya, aku bisa terus berjalan sampai kabut ini hilang."

    Akhirnya ia sampai di puncak, dan dari sana ia melihat matahari terbit. Kabut pun sirna. Lentera kecil yang dulu diragukan ternyata menjadi penyelamat.

    Begitu pula hidup kita. Kadang orang lain meremehkan cahaya kecil dalam diri kita. Tetapi justru lentera itulah yang akan menyelamatkan di tengah kabut keraguan.

    HALAMAN :
    1. 1
    2. 2
    3. 3
    4. 4
    5. 5
    Mohon tunggu...

    Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
    Lihat Filsafat Selengkapnya
    Beri Komentar
    Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

    Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
    LAPORKAN KONTEN
    Alasan
    Laporkan Konten
    Laporkan Akun