Mohon tunggu...
Ahmad Husen
Ahmad Husen Mohon Tunggu... PENGGAGAS TRILOGI CAHAYA: Lentera Jiwa | Pelita Negeri | Cahaya Semesta

Penulis Trilogi Cahaya: Lentera Jiwa, Pelita Negeri, dan Cahaya Semesta. Menulis untuk menyalakan hati, membangun negeri, dan merajut harmoni semesta. Berbagi kisah, refleksi, dan gagasan yang menuntun jiwa menuju kedamaian yang tak tergoyahkan.

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

TRILOGI CAHAYA: Menyalakan Lentera di Tengah Kabut Keraguan

22 Agustus 2025   16:17 Diperbarui: 22 Agustus 2025   16:17 34
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Menyalakan Lentera di Tengah Kabut Keraguan - Trilogi Cahaya By Ahmad Husen

Filosofi Kabut

Kabut selalu hadir di antara malam dan pagi. Ia muncul ketika udara dingin bertemu dengan kehangatan sinar yang baru lahir. Begitu pula keraguan: ia hadir di antara kegelapan ketidaktahuan dan cahaya pengetahuan.

Artinya, bila kita sedang berada dalam kabut keraguan, itu tanda bahwa cahaya sebenarnya sudah dekat. Keraguan hanyalah peralihan. Sama seperti fajar yang hampir tiba, meski matahari belum terlihat.

Di sinilah filosofi pentingnya: jangan menyerah ketika kabut datang. Karena justru itu tanda kita sedang bergerak menuju terang.

Cahaya Ilahi di Balik Kabut

Dalam Al-Qur'an, Allah berfirman:

"Allah adalah cahaya langit dan bumi. Perumpamaan cahaya-Nya, adalah seperti sebuah lubang yang tak tembus, di dalamnya ada pelita besar. Pelita itu di dalam kaca (dan) kaca itu bagaikan bintang yang berkilau, yang dinyalakan dengan minyak dari pohon yang diberkahi..." (QS. An-Nur: 35).

Ayat ini mengingatkan kita bahwa cahaya bukanlah milik kita. Lentera yang kita nyalakan hanyalah pantulan kecil dari Cahaya-Nya yang tak pernah padam. Maka di tengah kabut keraguan, yang kita lakukan hanyalah menjaga lentera itu tetap menyala, sambil yakin bahwa di balik kabut, ada Matahari yang lebih besar menanti.

Keraguan hanyalah tirai. Dan cahaya Ilahi selalu menembus tirai itu, meski mata kita belum melihatnya.

Membumi, namun Menuju Langit

Menyalakan lentera tidak hanya perkara spiritual. Ia juga membumi.

  • HALAMAN :
    1. 1
    2. 2
    3. 3
    4. 4
    5. 5
    Mohon tunggu...

    Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
    Lihat Filsafat Selengkapnya
    Beri Komentar
    Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

    Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun