Ryota menunduk. "Aku kehilangan adikku di sini. Dia... bunuh diri, tahun lalu."
Haruki menatapnya lama. "Haruna?"
Ryota menegang. "Kau... mengenalnya?"
"Tak secara langsung. Tapi aku menemukan tas sekolahnya di dekat pohon tua yang disebut 'Pintu Langit'. Ia meninggalkan surat. Tapi bukan yang dikirim ke polisi."
Ryota terdiam. Matanya perlahan membasah.
Haruki bangkit dan mengambil kotak kayu dari rak. Ia membukanya, lalu menyerahkan sebuah kertas lusuh. Tulisan tangan Haruna, terguncang tapi jelas:
"Abang, jika kau membaca ini, berarti kau sudah sampai di sini. Jangan lanjut. Jangan cari aku. Hutan ini membuat luka jadi nyata. Jangan biarkan lukamu menjadi pintumu sendiri."
Ryota membaca berulang kali. Kata-kata itu seperti belati yang pelan-pelan menusuk.
Haruki duduk kembali. "Masih bisa kembali, Nak. Tapi jika kau teruskan, kau akan sampai ke pusat. Tempat di mana hutan berhenti meniru... dan mulai memakan."
Ryota menggenggam surat Haruna.
"Aku tak bisa pulang... sebelum tahu kebenaran."