"Siapa kau?" tanya pria itu.
"Namaku Ryota. Aku... tersesat."
Pria itu memicingkan mata. "Tersesat, atau sedang mencari sesuatu?"
Ryota terdiam. Kemudian mengangguk pelan. "Aku ingin tahu... kenapa tempat ini begitu... memanggil?"
Pria itu menghela napas, lalu membuka pintu lebar-lebar. "Masuklah. Aku Haruki. Sudah dua puluh tiga tahun aku tinggal di batas hutan ini."
Pondok Haruki sederhana tapi penuh benda aneh: gulungan tali kuno, patung kayu kecil berbentuk manusia, dan peta Aokigahara dengan garis-garis merah menyilanginya. Di dinding, tergantung foto-foto lama: beberapa di antaranya memperlihatkan para pendaki... dan di belakang mereka, sosok bayangan samar yang tak mereka sadari.
Ryota memandangi semuanya dengan campuran takjub dan takut.
"Apa semua orang yang datang ke sini... melihat hal yang sama?" tanyanya.
"Tidak," jawab Haruki. "Hutan ini memperlihatkan wajah yang berbeda pada setiap orang. Tapi satu hal yang pasti: hutan ini tidak membunuh. Ia hanya... memantulkan."
"Memantulkan?"
"Isi hatimu. Penyesalanmu. Dosa yang kau bawa. Mereka menjadi nyata. Menjelma. Jika kau datang membawa luka, maka luka itu akan berdaging."