Pohon-pohon yang tadi berdiri tegak kini terlihat bengkok, seperti melengkung ke arahnya. Kabut mulai turun lebih tebal, menelan pandangan tak lebih dari lima meter.
Kemudian... suara kamera terdengar lagi. Klik.
Ryota berhenti. Tangannya tak menyentuh kamera. Tidak menekan apa pun.
Foto kedua keluar.
Ia menatapnya perlahan. Kali ini, gambarnya menunjukkan sesuatu yang jauh lebih jelas---seorang gadis muda berdiri di tengah hutan, mengenakan seragam sekolah, dengan pita merah di lehernya. Wajahnya tidak asing.
Haruna.
Ia menjatuhkan foto itu. Tidak. Tidak mungkin. Ini hanya permainan pikiran. Hutan ini bermain dengan ingatannya. Tapi... Haruna? Di sini?
Ia mulai lari. Nafasnya memburu. Tidak peduli arah, tidak peduli tali. Ia hanya ingin menjauh dari rasa dingin yang menempel di tulangnya.
Tiba-tiba, ia tersandung akar pohon dan jatuh. Saat mencoba berdiri, ia melihat sesuatu di tanah: selembar foto ketiga.
Bukan dari kameranya.
Ia memungutnya. Dalam foto itu, terlihat dirinya sedang duduk bersila di tengah hutan, dikelilingi oleh puluhan... mungkin ratusan tali kuning yang kusut dan saling melingkar. Wajahnya kosong. Matanya tertutup. Dan di belakangnya berdiri... sesosok pria tua mengenakan topeng rubah, memegang kamera.