Oh iya! Aku baru ingat, aku belum bayar sewa pondok. Tadi pagi anak itu sudah mengingatkan soal harga sewa pondok, yang juga sudah aku lihat pada selembar karton berlaminating dan digantung dekat balok kecil struktur atap. “Pengelola Pantai Rambak Menyediakan….”, yang salah satunya tertera “Sewa Saung/Pondok, Rp 50.000,-“ tapi kutawar Rp.25.000,- karena aku sendirian, dan disetujui.
“Ya, ya, ya, Boy!” Aku segera melepaskan pelukan, dan bergegas ke arah anak yang kupanggil dengan nama “boy” itu.
Kata “boy” merupakan kosakata yang biasa dipakai oleh orang Bangka untuk menggantikan nama seorang laki-laki yang belum diperkenalkan seperti “Mas”, atau “Dik”. Biasanya antarremaja. Tapi juga antara orang lebih tua kepada seorang remaja laki-laki.
Sambil merogoh dompet, aku meminta maaf padanya karena aku lupa membayar sewa pondok. Lalu kukeluarkan dompetku, dan membukanya.
“Nih.”
“Tidak boleh duapuluh lima, Om. Kata bapak, sewanya jadi limapuluh ribu. Soalnya…”