Mohon tunggu...
Afroh Fauziah
Afroh Fauziah Mohon Tunggu... Lainnya - mahasiswa

Pemahaman

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Kungkungan Buatan

10 Februari 2021   02:44 Diperbarui: 10 Februari 2021   03:01 2639
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

"Tidak! Merekalah orang-orang yang patut diremehkan karena tak berani mencari kebenaran yang belum pasti itu! Apa mungkin banjir itu menenggelamkan daratan? Lalu bagaimana dengan daratan lainnya diujung sana? Apa mungkin juga para leluhur bisa lari secepat itu ke daratan tinggi dan mengalahkan kecepatan banjir dan tsunami itu? Sejarah macam apa itu?!" ucapku murka.

"Berhenti Ica! Jika ada orang yang mendengar, kau akan dihukum karena mempertanyakan kebenaran sejarah."

"Kenapa, Da? Kau takut? Baru saja kau bilang ingin menjelajah, sekarang apa?"

"Baiklah baiklah, kita akan pikirkan itu. Jadi apa rencanamu?"

Yang terjadi selanjutnya adalah Ica yang mengajak Ida ke ruang kerja Ayahnya yang berada didekat dermaga. Dirabanya permukaan tanah yang sedikit menonjol. Dijangkaunya benda dibalik tanah itu. Setelah butiran tanah tersapu bersih oleh lengan Ica, mereka berdua dapat melihat bentuk baru yang tak pernah ditemukan di daerah mereka. Kecil, lonjong, dan saat diketuk mengeluarkan bunyi nyaring, di dalamnya terdapat cairan seperti air lautan tetapi dengan warna biru gelap. Kebingungan Ida terjawab saat Ica berucap, "Ini adalah botol berisi cairan yang akan membuat kita bisa bernafas dan berenang dalam laut! Itulah yang ditulis oleh Ayahku di bukunya" semangatku menggebu.

"Maksudmu apa? Mana mungkin hal itu terjadi?" keheranan Ida.

"Bukankah Ayahku adalah orang yang membuat semua hal menjadi mungkin? Lihatlah Ida! Ayah mempunyai ramuan yang disebut kita ini tak mungkin ada!"

"Lalu kau merahasiakan ini?"

"Justru itu, aku harus merahasiakannya, aku tak ingin orang lain yang akan memakainya untuk keuntungan mereka. Bahkan aku masih merahasiakannya dari Ibu" jujurku.

"Tunggu, mengapa kau begitu yakin bahwa itu ramuan yang bisa membuat kita dapat bernafas bahkan berenang dalam air?" sangkal Ida.

"Kau masih ingat tidak? Aku pernah cerita mengapa aku tak pandai belajar menahan nafas? Karena Ayahku sendiri enggan berurusan dengan air. Itu kata Ibuku. Lalu bagaimana bisa Ayah menyeberangi lautan itu kalau bukan karena ramuan ini." yakin diriku.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun