Mohon tunggu...
Advertorial
Advertorial Mohon Tunggu... Akun resmi Advertorial Kompasiana

Akun resmi Advertorial Kompasiana

Selanjutnya

Tutup

Seni Pilihan

SYNTHETIC VISION: The Age of Fictionalization in Our Culture

16 September 2025   14:28 Diperbarui: 16 September 2025   14:28 43
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Angan-angan kehidupan mulus yang di ujung mesti mengubah manusia jadi data, individu jadi representasi yang cocok ukuran. Kita yang menghidupinya, lantas, sadar maupun tidak selalu mengukur segala hal dengan acuan-acuan data dari representasi simbolis yang demikian. Pandangan kita jadi pandangan buatan: synthetic vision.

Tak sadar, ketika orang bicara "representasi" dalam seni, adalah rasional ini yang bicara. Mimpi-mimpi kita sering

Kurator: Yacobus Ari Respati & Henrycus Napitsunargo

  • Artsociated / Lawangwangi Creative Space

Berlangsung dari tanggal 05 sampai dengan 21 September 2025, dengan pembukaan resmi dibarengi dengan acara Bincang Seniman pada tanggal 13 September 2025, 15:30 WIB. Tur Kuratorial tanggal 19 September 2025.

Alamat:
Jl. Dago Giri No.99, Mekarwangi, Kec. Lembang, Kabupaten Bandung Barat, Jawa Barat 40391

Seniman:

  • Anna Madeleine Raupach -- Australia
  • Borahm Kim  --  South Korea
  • Cecil Mariani -- Indonesia
  • Gosbert Adler -- Germany
  • Himawari Hara -- Japan
  • Hyungjo Moon  --  South Korea
  • Jan Svenungsson -- Sweden
  • MarieVic -- France
  • Marius Raatz -- Germany
  • Maya Thieulle & Fanny Chelim -- France
  • Polanska Laura -- Poland
  • Rebecco Ann Tess -- Germany
  • TaeHwan Jeon -- South Korea
  • Taiki Kimishima -- Japan
  • Wu MeiChi -- Taiwan

Kurasi:

Synthetic Vision: Organic Fictions

Melihat bukan lagi berarti percaya, karena apa yang terlihat kini dengan sengaja dibingkai, dibuat indah secara kromatik, dan dikoreksi secara artifisial. Melihat bukan lagi berarti percaya, karena apa yang terlihat telah diapropriasi secara semantik, dijajarkan secara artistik, dan ditranskodekan secara kontekstual. 

Melihat bukan lagi berarti percaya, karena apa yang terlihat dihasilkan secara algoritmik, dimutasi secara kacau, dan diedarkan tanpa henti. Namun, haruskah melihat semata-mata hanya disediakan untuk percaya?

Ketika kita menikmati visi-visi sintetis ini sebagai penenang fiksi mereka, mereka terus berevolusi dalam otonominya, bereproduksi di dalam suatu bioma yang tak terjangkau dari ekosistem biner. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
  12. 12
  13. 13
  14. 14
  15. 15
  16. 16
  17. 17
Mohon tunggu...

Lihat Konten Seni Selengkapnya
Lihat Seni Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun