konteks ini, sebuah citra dapat hidup "abadi" karena ditenagai oleh tatapan para penontonnya. Setiap tatapan baru membuka ruang bagi imajinasi dan tafsir yang tak pernah berhenti.
Sejak lama, citra telah menjadi kekuatan utama dalam membentuk pandangan dunia (weltanschauung). Kini, pesatnya perkembangan teknologi pencitraan membuat pengaruh ini menjadi semakin signifikan dan kompleks.Â
Fotografi, dengan spektrum interpretasinya yang luas, berada tepat di jantung persoalan ini, terus-menerus menelisik bagaimana cara kita melihat dan memaknai ulang realitas. Kini, citra bukan lagi sekadar representasi atas "yang telah ada", melainkan juga manifestasi dari "yang ada"
di dalam imajinasi seniman---sebuah dunia gagasan yang tersusun dari beragam persoalan dan imaji. Menanggapi fenomena tersebut, para seniman dalam pameran di Bale Paragon Selasar Sunaryo Art Space (SSAS) ini menampilkan karya-karya dengan beragam pendekatan visual dan teknis. Rentang karyanya terbentang dari teknik klasik wet plate collodion, citra yang dibangkitkan
oleh artificial intelligence, hingga eksperimen yang menggabungkan berbagai medium untuk menciptakan gejala visual baru. Melalui keberagaman ini, mereka secara aktif mendefinisikan kembali hakikat fotografi seraya mengundang respons dan interpretasi baru terhadap medium ini.
Kurator: Heru Hikayat & Puja Anindita
Circuit of Dreams
Edisi kedua Bandung Photography Triennale (BPT), menghimpun karya-karya kontemporer yang tak cuma sekadar fotografi, mencermin kepada keadaan material, serta bentuk-bentuk dari kehidupan manusia pada hari ini. BPT kali ini menunjukkan bagaimana laku seni telah bertransformasi akibat keadaan dunia manusia yang fotografis.
Kuat karya-karya tahun ini dikuasai campur-tangan kecerdasan buatan, dan manipulasi bermacam cara. Beberapa tetapi malah sangat fisik, lambat, mekanis.Â
Dunia manusia tumbuh bersama cara-cara teknologis, yang lambat hingga cepat, menjadi tubuh-tekno atau technobodies yang datang membawa kita ke segala sesuatu sejak lama.
Hari ini kita berhadapan dengan rezimnya yang termutakhir: kecepatan komputasional (Mbembe, 2019). Resimennya membawa mimpi tatkala segala ruang kehidupan manusia ditata serba ter-otomasi dan otonom.Â