Mohon tunggu...
Adri Wahyono
Adri Wahyono Mohon Tunggu... Penulis - Freelancer

Pemimpi yang mimpinya terlalu tinggi, lalu sadar dan bertobat, tapi kumat lagi

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Aku Membunuh Vira

5 Februari 2016   08:44 Diperbarui: 5 Februari 2016   09:04 149
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

“Kenapa? Kau tampak heran, seperti belum pernah melihatku saja?”

“Bukankah orang-orang itu sudah memenjarakanmu ke dalam botol?”

Hantu Vira melayang mendekat padaku, “orang-orang itu? memasukkanku dalam botol?”

Hantu Vira terkekeh lagi dengan lebih jelek dari semalam.

“Ayahmu itu bukan hanya seorang pengecut, tapi juga penipu yang payah. Kukatakan begitu karena dia mau saja dibohongi orang-orang itu. Kau pikir aku tak tahu apa yang mereka kerjakan di sini siang tadi?”

Vira melayang mundur dan wajahnya masuk dalam bingkai foto yang tergantung di dinding. Menjadi seperti foto Vira menggantung di sana.

“Mereka yang kalian percaya punya kemampuan melihat setan itu bahkan tak melihatku berdiri di dekat mereka. Mereka hanya berpura-pura seakan sedang berbicara dengan setan, membujuknya untuk pergi, dan pura-pura menangkap setan itu lalu memasukkan dalam botol. Gila, mereka menipu kalian,” kata hantu Vira yang terbingkai itu.

“Mereka datang hanya untuk uang, bukan menolon kalian. Buktinya, aku masih di sini, bukan? Oh, alangkah mahalnya yang harus dibayar ayahmu. Mereka bilang setannya minta minyak yang mahal?” hantu Vira terkekeh lagi dengan lebih hebat dan jelek. Sekarang ia melayang lagi dan masuk ke dalam guci besar di pojok kamar. Jadilah guci itu sekarang berkepala dan bergerak melonjak-lonjak ketika hantu yang memasukinya tertawa-tawa.

“Ibumu kelihatannya keberatan tadi. Tentu karena ia masih mengincar berlian atau permata,”

“Pergi!”

“Paranormal-paranormal itu tak lebih hebat darimu, buktinya mereka tak bisa melihatku, padahal kau melihatku.”

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun