“Kenapa sih, harus sebanyak itu?” Ibu tampak kurang lega.
“Yang penting anakmu bisa tenang, Bu. Kau sendiri lupa berapa harga tas-tasmu yang tak seberapa besar itu, atau perhiasan-perhiasanmu? Cukup untuk membangun jalan dan jembatan!”
“Dan kau mengambilnya dari dana membuat jalan dan jembatan, bukan?” tukas Ibu.
Aku diam. Perkataan ayah dan ibu tentang uang yang seperti itu sudah biasa kudengar, tapi sekali ini terasa mengusik di hatiku. Betapa mudahnya urusan uang buat mereka. Kebebasanku dari dosa pada Vira pun ditebus ayah dengan uang-uang serupa yang diberikan tiga paranormal itu.
------
Mulanya aku ragu ketika kembali memasuki kamarku, tapi sampai jauh malam, aku merasakan ketenangan. Benar, tiga paranormal itu sudah memenjarakan hantu Vira dalam botol mereka. Saat ini tentu dia sedang sekarat karena tak bisa bernafas.
Persetan dengan Vira, persetan dengan dosa, persetan dengan cara apa ayah mendapatkan uang untuk itu semua. Kenyataannya adalah, uang membawa kebebasan hidup.
“Matilah kau, hantu jelek!” umpatku menuruti rasa puas di hatiku.
“Aku di sini!”
Aku terlonjak dari dudukku. Hantu Vira melayang-layang mengitariku.
“Kau?”