Ruang Literasi Kaliurang tak bisa dilepaskan dari gerakan literasi yang lebih luas di Yogyakarta dan sekitarnya. Beberapa inisiatif serupa seperti Lentera Pustaka Merapi, Perpustakaan Jalanan, hingga Rumah Baca Komunitas di Bantul juga berperan aktif dalam mendekatkan buku dengan masyarakat.
Namun yang membedakan RLK adalah skalanya yang relatif besar, fasilitas yang profesional, dan lokasi strategisnya yang menjangkau wisatawan sekaligus warga lokal. Dukungan dari tokoh nasional seperti Willy Aditya juga memberi dorongan moral dan struktural dalam pembangunan serta keberlanjutan tempat ini.
Mengundang Dialog
Dengan segala potensinya, RLK tampak menjanjikan sebagai prototipe ruang literasi masa depan. Namun, tentu akan muncul pertanyaan lanjut:
Sejauh mana ruang seperti ini bisa menjangkau dan memberdayakan masyarakat akar rumput, bukan hanya kalangan terpelajar atau urban?
Sebuah pertanyaan yang patut direnungkan dan didiskusikan, terutama dalam konteks membangun ekosistem literasi yang benar-benar inklusif dan berkelanjutan.
Bagaimana menurut Anda? Apakah ruang seperti ini bisa menjembatani jurang antara pengetahuan dan masyarakat? Tulis pendapat Anda di kolom komentar.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI