Ruang Literasi Kaliurang buka setiap hari, mulai pukul 09.00 hingga 21.00 WIB. Lokasinya sekitar 25 kilometer dari pusat Kota Yogyakarta dan bisa ditempuh dalam waktu 45--60 menit menggunakan kendaraan pribadi.
Pengunjung bisa langsung datang tanpa registrasi. Hanya pada saat-saat tertentu -- seperti peluncuran buku, seminar, atau workshop terbatas -- pendaftaran diperlukan.
Wawancara: Menyediakan Ruang Tumbuh Bersama
Untuk menggali lebih dalam tentang semangat di balik tempat ini, kami mewawancarai salah satu relawan RLK, Rara Agustina (26), yang juga seorang pegiat komunitas membaca.
Apa yang membuatmu terlibat di RLK?
"Awalnya saya datang hanya untuk baca-baca. Tapi saya lihat tempat ini bukan cuma soal membaca. Banyak anak muda datang berdiskusi, anak-anak belajar, bahkan orang tua ikut terlibat. Saya merasa tempat ini punya roh yang hidup."
Apa yang membedakan RLK dengan ruang publik lainnya?
"Di sini semua gratis, tapi yang paling penting: tak ada sekat. Kita bisa ngobrol dengan siapa saja, dari pemulung buku sampai dosen filsafat. Ini bukan hanya ruang baca, tapi ruang tumbuh."
Apa harapanmu ke depan?
"Semoga semakin banyak warga lokal yang merasa tempat ini milik mereka. Kadang yang jauh justru lebih aktif daripada warga sekitar. Padahal, ini rumah kita bersama."
Komunitas dan Program Edukasi
RLK juga aktif menggandeng berbagai komunitas. Pada 14 Mei 2025 lalu, digelar seminar bertajuk "Meretas Jalan Pendidikan yang Mencerdaskan dan Membebaskan" dengan menghadirkan narasumber dari kalangan pendidik, mahasiswa, dan tokoh masyarakat.
Di akhir pekan, RLK mengadakan program membaca cerita anak, diskusi buku, pelatihan menulis, hingga pemutaran film dokumenter. Kolaborasi dengan komunitas Jaringan Pembelajar Mandiri (JPM) juga terus digalakkan untuk memperkuat budaya baca di kalangan pelajar.
Lebih dari Sekadar Tempat Baca
Yang membuat RLK istimewa bukan hanya jumlah koleksi buku atau kelengkapan fasilitas, tapi juga suasana sosial yang hangat. Lokasinya yang berada di lereng Merapi menambah atmosfer kontemplatif: sejuk, tenang, dan sarat makna.
RLK bukan hanya proyek ruang fisik, tapi juga ruang sosial yang hidup -- tempat bertemunya gagasan, komunitas, dan kemungkinan baru.