Mohon tunggu...
Sigit Eka Pribadi
Sigit Eka Pribadi Mohon Tunggu... Administrasi - #Juara Best In Specific Interest Kompasiana Award 2023#Nominee Best In Specific Interest Kompasiana Award 2022#Kompasianer Terpopuler 2020#

#Juara Best In Specific Interest Kompasiana Award 2023#Nominee Best In Specific Interest Kompasiana Award 2022#Kompasianer Terpopuler 2020#Menulis sesuai suara hati#Kebebasan berpendapat dijamin Konstitusi#

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan Pilihan

Menyoal Polemik Pro-Kontra dan Urgensi Kaltim sebagai Ibu Kota RI

29 Agustus 2019   02:05 Diperbarui: 29 Agustus 2019   04:57 1146
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Peta kawasan Kaltim sebagai ibukota negara | Dokumen kliksamarinda.com

Indonesia sangat rawan akan terjadinya bencana gempa dan tsunami, Mengapa?

Indonesia sangat rawan akan terjadinya bencana gempa dan tsunami, karena posisinya yang terletak di tengah Zona Cincin Api Pasifik, nyaris seluruh wilayah Indonesia kecuali di Kalimantan yang memiliki tingkat rawan gempa terkecil dibanding pulau lainnya.

Seperti yang di informasikan oleh BMKG gempa yang terjadi secara garis besar disebabkan oleh zona tumbukan antara Lempeng Eurasia yang bergerak ke arah tenggara dengan kecepatan sekitar 0,4 cm per tahun dan Lempeng Indo Australia yang bergerak ke arah utara dengan kecepatan 7 cm per tahun.

Pergerakan tersebut membuat keduanya bertumbukan. Zona tumbukan kedua lempeng ini berada di sebelah barat pulau Sumatera, selatan pulau Jawa hingga selatan Bali dan Nusa Tenggara yang akhirnya membentuk palung laut sebagai zona subduksi.

Jadi berkaitan dengan potenai bencana gempa dan tsunami pulau Kalimantan masih paling aman dari rawan bencana tersebut, karena terletak jauh dari zona subduksi.

Peta kawasan Kaltim sebagai ibukota negara | Dokumen kliksamarinda.com
Peta kawasan Kaltim sebagai ibukota negara | Dokumen kliksamarinda.com
Presiden Soekarno pernah menyampaikan untuk menjadi bangsa yang kuat dan sejahtera, kita harus menjadi bangsa bahari. pada tahun 1953  Soekarno menulis puisi berjudul "Jadilah Bangsa Pelaut". Dalam puisi  itu dikatakan oleh Soekarno  bahwa  Indonesia akan menjadi "bangsa pelaut yang kesibukannya di laut menandingi irama gelombang lautan itu sendiri."

Presiden RI Jokowi juga pernah menyampaikan didalam pidato pelantikannya di MPR tanggal 20 Oktober 2014 yang silam dikatakan oleh Presiden Jokowi, "bahwa kitaharus bekerja dengan sekeras-kerasnya untuk mengembalikan Indonesia sebagai negara maritim. Samudra, laut, selat dan teluk adalah masa depan peradaban kita. Kita telah terlalu lama memunggungi laut, memunggungi samudra, memunggungi selat dan teluk".

Lebih jauh lagi mundur kebelakang sesuai latar belakang sejarah bahwa kedaulatan dan keadilan merupakan cita-cita pendirian bangsa Indonesia yang di rintis oleh para Founding Father bangsa Indonesia dan seperti yang dinyatakan dalam pembukaan UUD 1945,

,,,melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia, memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa dan ikut melaksanakan ketertiban dunia berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan sosial.

Ancaman terbesar bangsa Indonesia sekarang ini masihlah berkutat pada masalah tantangan pembangunan yang tidak merata di wilayah dan pulau-pulau diluar Jawa.

Jika tidak ditangani secara serius dan berlarut-larut melalui kebijakan pembangunan yang berkelanjutan dan berkesinambungan maka dapat berpotensi menimbulkan perpecahan bangsa.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun