Mohon tunggu...
Sigit Eka Pribadi
Sigit Eka Pribadi Mohon Tunggu... Administrasi - #Juara Best In Specific Interest Kompasiana Award 2023#Nominee Best In Specific Interest Kompasiana Award 2022#Kompasianer Terpopuler 2020#

#Juara Best In Specific Interest Kompasiana Award 2023#Nominee Best In Specific Interest Kompasiana Award 2022#Kompasianer Terpopuler 2020#Menulis sesuai suara hati#Kebebasan berpendapat dijamin Konstitusi#

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan Pilihan

Menyoal Polemik Pro-Kontra dan Urgensi Kaltim sebagai Ibu Kota RI

29 Agustus 2019   02:05 Diperbarui: 29 Agustus 2019   04:57 1146
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Peta kawasan Kaltim sebagai ibukota negara | Dokumen kliksamarinda.com

Maka dari total luas hutan yang berkisar 12.638.936 Ha bila dikurangkan dengan 180.000 Ha, Kaltim masih memiliki luas hutan berkisar 12.458.936 Ha. Atau hanya menggunakan 1,43 % saja dari seluruh luas hutan Kaltim. Dan tentunya saat membuka lahan bila ditemukan spesies fauna hutan pastinya akan ada langkah bijak untuk menempatkannya dan melestarikannya sesuai habitatnya.

Jadi bila luas lahan Ibu Kota Negara yang sesuai rencana akan menggunakan luas180.000 Ha, maka secara logis tidak akan menyebabkan kerusakan hutan dan Kaltim masih bisa disebut sebagai bagian dari kawasan paru-paru dunia.

Tidak perlu ragu menyoal masalah energi terbarukan dan hilirisasi di Kaltim, mengapa?
Indonesia sampai saat ini masih menggunakan energi berbahan fosil seperti batubara, minyak bumi, dan gas alam. Penggunaan energi yang memanfaatkan sumber energi terbarukan seperti panas bumi dan biofuel serta bio massa  secara prosentase masih kecil yaitu hanya berkisar 10 persen saja.

Maka terdapat prosentasi berkisar 90 persen penggunaan energi yang tak terbarukan dan ini menjadi titik rawan, karena ketika energi tersebut habis maka sudah tidak ada lagi energi yang dihasilkan.

Energi biomassa merupakan penghasil energi dari unsur biologis yang akan menjadi harapan untuk kelangsungan energi kedepannya. Karena keterbatasan bahan energi tidak terbarukan suatu saat akan punah.

Di Kaltim energi dari unsur biologis seperti Limbah dari pengolahan Pulp dan limbah kulit kayu merupakan salah satu diantara energi biomassa yang sangat melimpah. Limbah-limbah ini menurut berbagai penelitian dari pihak yang berwenang telah dapat digunakan sebagai energi yang menghasilkan panas.

Bila dalam jumlah besar, limbah dari pengolahan Pulp dan limbah kulit kayu dapat digunakan sebagai energi alternatif dalam memproduksi pembangkit listrik yang akan menjawab kebutuhan ribuan Mega Watt pasokan listrik di berbagai daerah sesuai luas areal kawasan Ibu Kota Negara.

Pembangkit listrik Biomassa merupakan teknologi yang menggunakan prinsip proses penguapan dalam menghasilkan listrik. Proses penguapan menggunakan air yang memiliki kemampuan dalam menghantarkan listrik. Bila di analogikan secara sederhana, maka prosesnya tidak jauh berbeda seperti saat memasak air.

Teknologi biomassa bertitik berat pada  sumberdaya alam melalui pemanfaatan jasa lingkungan dan sumberdaya alam terbarukan secara lestari dan berkelanjutan.

Maka melalui pemanfaatan jasa lingkungan dan sumber daya alam ini secara berkelanjutan dapat memberikan harapan mengenai pasokan listrik yang bersumber dari energi terbarukan  bagi elektrifikasi rumah tangga dan kegiatan usaha lainnya.  

Disamping itu berkaitan dengan Industri hilirisasi yang nantinya akan diterapkan di Kaltim dapat menjadi harapan bagi Indonesia. Efeknya dalam mendukung sektor ekonomi sangat besar.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun