Aku akan mengulang ceritaku kepada ibumu. Untukmu
Butiran air adalah petarung. Terkadang ia melaju, tapi acapkali menunggu. Kemudian mengalir sunyi, menjejaki jalurnya sendiri.
Adakalanya, butiran air menempuh bentangan datar yang hening. Ia merelakan tepian riaknya mengering. Perjalanan adalah memaku titik persinggahan.
Ada saatnya, butiran air menemui jurang curam yang mencekam. Ia tahu, tak ada pilihan untuk berbalik badan atau bertahan diam. Perjalanan adalah merajah waktu, tanpa melupakan masa lalu.
Tak jarang, butiran air terhadang dinding terjal dan berbatu. Tanpa butuh paksaan! Ia hanya perlu menunggu tanpa terburu. Perjalanan bukan semata persoalan kekuatan, tapi ketekunan.
Hingga akhirnya, butiran air melintasi garis akhir perjuangan. Bermuara di samudera yang tenang. Namun, sejarah mengajarkan, tenang tak selalu menenangkan. Terkadang menghanyutkan, bahkan menenggelamkan.
Esok bertambah usiamu
Kuharap airmatamu adalah mata airmu.
Curup, 06.11..2021.
Zaldy Chan