Dan, kita tertatih menata airmata yang tak tertahan. Seperti butiran hujan yang berjatuhan tanpa tujuan. Tak tahu arah datang. Namun, tersisa satu jalan pulang. Kehilangan.
Serpihan ingatan bertukar puing kenangan. Saat kepingan keinginan menjelma barisan impian. Hingga buih-buih rindu terdampar berlabuh di titik penantian pilu. Dulu.
Kita mulai terlatih menata luka hati. Seperti sepoi angin senja yang meniti sunyi. Membiarkan jejak matahari bersembunyi. Agar esok pagi kembali.
Kemudian, hening membiarkan kata-kata memantik kebekuan asa, menghapus debu pertikaian rasa. Menjumput seikat doa.
Curup, 01.08.2021
Zaldy Chan
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!