Tepat sepenggal hari. Lelaki itu menahan nyeri. Kedua kakinya menginjak bayangan sendiri. Di masa silam, menginjak bayangan teman adalah kemenangan. Kini, Ia melawan tawa. Bayangan itu tanpa kepala.
Bayangan bukan cermin? Ia pun membiarkan ragu menguasai sunyi.
Mata lelaki itu mengintip matahari. Teriknya sejak pagi merajai hari. Memaksa anjing melupakan kucing. Membiarkan kucing mengabaikan tikus. Dan, tikus leluasa menyusun alur pelarian rahasia.
Kau tahu, keramaian adalah tempat rahasia sebuah persembunyian? Ia pun cemburu pada matahari.
Dalam diam, lelaki itu tak mampu menahan tawa. Bayangan di kakinya tinggal sebesar kepala. Ia sudah lelah mengingat wajah-wajah pagi yang pasi. Silih berganti, datang untuk kembali pergi.
Kau pun akan pergi? Ia berteriak histeris mengejek matahari.
Sendiri, lelaki itu berlari. Sepenuh hati membakar hari. Melupakan diri.
Curup, 30.07.2021
Zaldy Chan