Saat ini waktu yang kurang baik untuk membesarkan anak yang bermental pengecut atau cengeng. Tak ada lagi tempat bersembunyi paling aman buat perengek dan penakut.
Suatu saat, anak-anak di desa tak lagi tidur dengan nyenyak dalam kesunyian, tapi penuh kebisingan dan persaingan. Anak-anak mesti terbiasa menghadapi kompetisi. Bahwa jalan hidup mereka tak lagi mendatar dan menurun. Namun jalan terjal dan berliku. Bukan jalan bagi para penakut dan pengecut.
Setiap orangtua pasti menginginkan anaknya menjadi orang yang berkepribadian baik, sikap mental yang sehat dan kuat, serta berakhlak terpuji. Dan itu impian indah semua orangtua.
Di saat bersamaan, untuk mewujudkan itu, orangtua memiliki tugas sebagai pembentuk pribadi pertama dalam kehidupan anak. Dan musti menjadi teladan yang baik bagi anak-anaknya. Berat,ya?

Keluarga merupakan tempat pertama kali seorang anak memperoleh pendidikan dan mengenal nilai serta aturan yang musti dikuti, sebagai bekal untuk melakukan interaksi social denga lingkungan yang lebih luas.
Kepribadian orangtua, sikap prilaku dan cara hidup tanpa disadari terekam ke dalam pribadi anak. Termasuk adanya perbedaan latar belakang, pendidikan, pengalaman dan kepentingan dari orang tua,
Jadi, apa yang harus dilakukan orang tua? Beberapa penggiat parenting dan edukasi memaparkan, butuh kesediaan orangtua memberikan anak keseimbangan antara rasa aman dan makna berjuang. Karena orangtua menjadi undakan pertama pembentukan karakter anak.
Pertama, Rasa aman. Itu dibutuhkan anak, dan rasa itu akan lahir dari kasih sayang orangtua. Bukan kasih sayang yang memanjakan. Bukan memberikan uang saku yang banyak, hadiah mewah berupa motor atau mobil. Sebagai pengganti orangtua yang sibuk. Tapi anak merasakan "keberadaan" orang tua.
Acapkali ditemukan  pada tayangan televisi, Aku pribadi, juga akan merasa terenyuh jika mendengar respon orangtua yang terkejut, menangis bahkan meratap. Saat buah hatinya ditangkap polisi karena melakukan kejahatan.
"Kenapa, Nak? Ibu berusaha memberikan segala yang kau inginkan. Apa salah ibu, Nak?"