"Kan, pagi itu baru bertemu lagi? Yai Jati cuma bilang, sudah sepuluh hari tak pulang!"
"Abang tahu, kenapa?"
"Gak tahu, dan tak mau tahu!"
"Abang gak heran? Mengapa tak lama selesai akad nikah, Yai Jati langsung pergi dan tak pernah pulang?"
Aku terdiam. Tak perlu kujawab. Kades Badri lebih tahu dariku jawaban untuk pertanyaan itu. Dua pasang mata polisi menunggu reaksi Kades Badri. Pelan suara kades, mengisi ruang tamu.
"Abang masih marah padaku?"
"Hei! Hubungannya apa?"
"Kenapa Abang tak datang, saat Yai dan Rumi menikah?"
"Aku diminta..."
"Siapa? Rumi?"
Aku kembali diam. Sejak dulu Kades Badri tahu. Bagaimana sikap dan perhatian Rumi padaku. Juga tahu, bagaimana Yai Jati begitu cemburu padaku. Dan akupun harus tahu diri, juga harus mengerti. Rumi takkan berdaya menghadapi paksaan Kades Badri. Satu-satunya saudara kandung Nyai Rumi yang tersisa.