Jika tangan bukan lagi sekedar tangan, tapi mulut pengganti tangan. Maka, mulut mengajak angin bermain api, menjemput air tak menimbun api. Dan, membiarkan ribuan aksara melarikan diri di balik dinding-dinding majal.
Bila mulut bukan sekedar mulut, tapi isi kepala pengganti mulut. Maka isi kepala membujuk tanah memeluk api, merengkuh kayu menyulut api. Dan hening, menyigi sudut pusara nyeri yang menaungi kisah perih tercetak di buku-buku tebal.
Ketika isi kepala bukan lagi di kepala, tapi kaki pengganti isi kepala. Maka, kaki meringkus diri mengusir api, tak sabar membakar hati. Seketika hati terhenti memandu sunyi, menanti janji tejerumus ke jurang terjal.
Jika tangan menutup mulut, bila mulut merengkuh isi kepala, ketika isi kepala memandu kaki. Maka hati tak perlu mencari pengganti.
Curup, 17.09.2019
zaldychan