"Eh, Kak Rain sudah pulang?" ia menoleh.Â
" Hmm, belum ada yang kutulis. Aku baru menuliskan garis besarnya dulu."Â
Aku meneliti kertas-kertas yang lain. Isinya coret-coret biasa dan ini... Ibu? Tentang rumah? Aku mengalihkan pandangan ke arah Rainy.Â
Ia tersenyum.Â
"Tulisanku masih terkendala banyak hal, karena sumber ceritaku belum pulang," ujarnya.Â
Sumber cerita yang ia maksud pasti ayah.Â
"Aku akan mencari sumber tertulis yang bisa kutemukan di dalam rak buku milik ayah. Barangkali ayah masih menyimpan diari milik ibu."Â
"Aku tidak sabar menanti ayah pulang," ia kembali menggelung badannya meringkuk dalam sofa empuk yang sengaja ayah taruh di dekat jendela untuknya.Â
"Apa kamu menyukai hujan sekarang?" tanyaku.Â
"Entah, aku tetap merasa khawatir kalau langit mulai dipenuhi mendung dan suasana mulai meredup seolah langit akan runtuh. Setelah itu suara hujan yang mendominasi semuanya, suara hujan yang berjatuhan di atap rumah."Â
"Tanpa hujan tanaman ibu bisa mati kekeringan," ujarku ikut memandang keluar.