Mohon tunggu...
Yustrini
Yustrini Mohon Tunggu... Full Time Blogger - Menulis juga di www.catatanyustrini.com

Harapan yang tertunda menyedihkan hati, tetapi keinginan yang terpenuhi adalah pohon kehidupan.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Cerpen | Rainy

4 Januari 2020   10:08 Diperbarui: 4 Januari 2020   10:09 364
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

 "Eh, Kak Rain sudah pulang?" ia menoleh. 

" Hmm, belum ada yang kutulis. Aku baru menuliskan garis besarnya dulu." 

Aku meneliti kertas-kertas yang lain. Isinya coret-coret biasa dan ini... Ibu? Tentang rumah? Aku mengalihkan pandangan ke arah Rainy. 

Ia tersenyum. 

"Tulisanku masih terkendala banyak hal, karena sumber ceritaku belum pulang," ujarnya. 

Sumber cerita yang ia maksud pasti ayah. 


"Aku akan mencari sumber tertulis yang bisa kutemukan di dalam rak buku milik ayah. Barangkali ayah masih menyimpan diari milik ibu." 

"Aku tidak sabar menanti ayah pulang," ia kembali menggelung badannya meringkuk dalam sofa empuk yang sengaja ayah taruh di dekat jendela untuknya. 

"Apa kamu menyukai hujan sekarang?" tanyaku. 

"Entah, aku tetap merasa khawatir kalau langit mulai dipenuhi mendung dan suasana mulai meredup seolah langit akan runtuh. Setelah itu suara hujan yang mendominasi semuanya, suara hujan yang berjatuhan di atap rumah." 

"Tanpa hujan tanaman ibu bisa mati kekeringan," ujarku ikut memandang keluar.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun