Mohon tunggu...
Yustrini
Yustrini Mohon Tunggu... Full Time Blogger - Menulis juga di www.catatanyustrini.com

Harapan yang tertunda menyedihkan hati, tetapi keinginan yang terpenuhi adalah pohon kehidupan.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Cerpen | Rainy

4 Januari 2020   10:08 Diperbarui: 4 Januari 2020   10:09 364
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Ooo," hanya itu reaksi darinya setelah kutunggu tidak ada reaksi lain, aku pun bertanya mengapa? 

"Tidak, Kak. Aku hanya ingin berbagi cerita dengan ayah soal..." ia ragu-ragu mengatakannya. 

"Apa?" tanyaku penasaran. 

"Manusia. Usia manusia hanya sebentar seperti rumput yang sekarang tumbuh dan besok sudah dicabut lalu dibuang ke tumpukan sampah untuk dibakar. Bukankah begitu, Kak?" 

Hah?! Sejak kapan ia mulai memiliki pemikiran itu? 

"Ibu hanya sampai usia tiga puluh lima, masih sangat muda kan? Mungkinkah usiaku juga tidak akan melebihi usianya?" lanjutnya. 


Astaga, Rainy! Kamu bicara apa sih?! Aku pindah duduk di sisinya. Hujan turun semakin deras seakan langit sedang menangis meraung-raung layaknya bayi yang menangis karena lapar. Akhir-akhir ini hujan memang turun dengan liarnya dan disertai petir. Seram memang apalagi jika berada di luar. 

"Jika memungkinkan aku mau jadi penulis saja, Kak." ujarnya. 

"Penulis itu keren. Seperti C.S. Lewis walaupun sudah meninggal puluhan tahun yang lalu karyanya tetap bisa dibaca dan menginspirasi generasi muda sekarang. Aku pun ingin dikenang saat aku tidak ada lagi," lanjutnya sambil bersandar di bahuku. 

"Kamu pasti bisa melebihi usia ibu dan jadi penulis terkenal," kubelai rambutnya yang halus dan berwarna hitam legam. 

Aku janji Rainy kamu pasti akan selalu bahagia, meski di setiap hujan kamu selalu sedih dan aku sulit menghiburmu jika hujan sudah mulai turun. Percayalah suatu saat kamu akan menyukai hujan seperti ibu menyukai hujan. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun