"Siapa, Yah?" Rainy bertanya penuh rasa ingin tahu.Â
"Ah, Rain. Tolong ambilkan ayah minum yang dingin," serunya padaku.Â
"Minuman dinginnya habis, Yah!" sahutku. Ayah berdiri dan bergegas memakai jaket, "kalau begitu biar ayah beli dulu sekalian belanja untuk besok pagi kita sarapan."Â
Kulirik Rainy yang masih menyelesaikan makannya. Ia tampak sedikit kecewa, "memang saudara ibu dulu kenapa, Kak?"Â
"Saudara ibu, mmm... Dia mengalami...," belum sempat aku melanjutkan kalimat ayah sudah memanggil dari teras depanÂ
"Ran, antar ayah ke minimarket sebentar!"Â
"Kita lanjutkan nanti," aku berlari menyambar jaket menuju ayah. Selama di minimarket ayah bilang agar aku tak cerita soal keluarga ibu. Soal kematian yang aneh yang selalu menimpa anak perempuan di keluarga besar ibu.Â
"Apa itu artinya nyawa Rainy terancam?" tanyaku.Â
"Aku tidak pernah percaya pada tahayul, tapi melihat Rainy selalu menperhatikan hujan dari balik jendela ayah mulai khawatir. Kita harus selalu menjaga dia," pesan ayah.Â
* * *Â
Rainy sedang sibuk menyusun bukunya. Isinya menarik karena tokohnya diambil dari orang yang pernah tinggal di rumah kami. Semacam kisah ayah dan ibu namun banyak di dramatisir olehnya. Ide bagus.Â