Kulihat Rainy menangis di tepi jalan di tengah kerumunan banyak orang. Mereka juga mengerubungi mobilku. Awas, aku ketuk-ketuk jendela mobilku. Aku mau keluar menemui adikku. Dia sedang ketakutan. Oh, itu aku lihat bukunya jatuh di dekat motornya. Rainy, inikah bukunya? Judulnya bagus, Rainy cerita tentang rumah dan penghuninya. Tapi hei, kenapa kamu malah menangis tambah keras. Aku di sini.Â
"Kak Rain... Bangun kak Rain!" serunya di antara isak tangis sementara ia memeluk seorang pemuda yang terkapar.Â
"Rainy, kakak di sini!" seruku keras-keras namun Rainy tetap pada posisinya dan tak seorangpun peduli padaku.
 Aku berlari berbalik arah kembali ke rumah mencari ayah.Â
Ah, itu dia. Ayah! Rainy butuh bantuan dia sedang sedih. Ayah, cepatlah! Namun ayah diam saja, hanya berdiri sambil menangis di balik jendela rumah menatap kosong keluar memperhatikan hujan yang terus turun dari langit seakan mau menenggelamkan seluruh dunia.Â
* * * *