" Dibawa ke neraka juga mau?" sambung Irwan
   "Nggak mungkinlah Mbak Lisa menjerumuskan kita," bela Tito.
   "Habis ke Taman Safari baru ke Taman Bunga ya Mbak?" Edwin mempertegas tujuan mereka.
   "Iya, Win, memang begitu rencananya. Cewek-cewek setuju kan?" Khalisa melongokkan wajah ke belakang mencari dukungan dari ketiga gadis manis yang justru memilih duduk di jok paling belakang.
   "Oke saja Mbak, cuma pulangnya nanti kita mau mampir Tajur. Mau beli tas kulit. Habis itu jangan lupa wisata kulinernya," Nadia menyahut dengan suara agak keras.
   "Cewek-cewek ini belanja saja kerjanya.  Boros ," celetuk Edwin.
   "Sekali-sekali aja  Win," Irma membela.
   "Cewek memang begitu Win.  Tugas cowok yang harus kerja keras cari duit, ceweknya yang ngabisin," goda Dinda ditingkahi tawa kecilnya.
   "Ah, mau enaknya aja kalian para cewek ini," balas Tito.
   Pembicaraan mereka masih terus berlanjut sampai memasuki Taman Safari yang kemudian menghentikan keinginan mereka untuk saling berdebat seputar kebiasaan cewek dan cowok. Mereka berubah menjadi pemerhati binatang yang cermat. Sesekali para cewek itu menahan nafas ketika mobil melintasi harimau dan singa yang tengah bermalas-malasan di seberang jalan.
   "Lihat itu jerapah lagi ngeceng !" tunjuk Dinda dengan riang.