***
Menjelang maghrib aku sudah siap dengan koperku. Anakku sedari tadi menemaniku duduk di serambi sambil menunggu mobil grab yang akan membawaku menuju Stasiun Tugu.
Satu demi satu peserta diklat mulai meninggalkan asrama.
"Jaga diri baik baik Le. " kataku. Anakku mengangguk.
"Ibuk juga, jaga kesehatan ya.., " katanya. Ganti aku yang mengangguk.
Sebuah mobil grab putih masuk halaman gedung diklat. Anakku mengangkat koper dan memasukkannya ke mobil. Kupeluk dan kuusap rambutnya.
"Ibuk balik Malang ya.., "
"Iya, Buk,, hati- hati di jalan, "
Mobil grab melaju membelah ramainya lalu lintas jogja malam itu. Ada rasa haru ketika aku melalui jalan-jalan yang tadi pagi kami lewati bersama.
Sepuluh hari di Jogja sungguh menyimpan banyak kenangan dan membuat rasa rindu pada kota ini tak ada habisnya. Benar, kota ini terasa begitu hangat dan ngangeni.
Kereta Malioboro Express arah perjalanan ke Malang mulai beranjak meninggalkan Stasiun Tugu. Dari jendela tampak olehku pagar-pagar tembok berornamen melati yang menjadi kekhasan kota ini. Kokoh, namun manis.
Tak terasa mataku mulai menghangat.Â