Tentu saja. Satu anak perempuan dan tiga anak laki-laki dengan jarak dua tahunan cukup membuat ibuknya jadi tukang bersih- bersih tak henti-henti. Ke sana- sini membawa sapu atau sulak.
Namun setelah mereka besar rumah terasa begitu berbeda. Sepi. Semua sibuk mengejar mimpi.
***
"Hari ini Ibuk penuh diklatnya?" tanya anakku sambil minum teh hangat sembari menunggu nasi magelangan yang kami pesan malam itu.
Selama diklat aku jarang makan malam di asrama, tapi membeli nasi goreng atau minum teh di burjo sekitar asrama bersama anakku.
" Biasa Le, kalau diklat mau habis memang tugasnya banyak, " jawabku. Pelan-pelan kuseruput teh panas yang disediakan. Ah, teh di kota ini terasa begitu hangat dan sedap. Mungkin karena hatiku yang ayem duduk berdekatan dengan anakku?
"Kuliahmu bagaimana hari ini? Penuh? " tanyaku. Anakku menggeleng.
"Cuma sampai jam dua belas, "
Kembali kami menikmati nasi magelangan dan teh panas. Beberapa pengunjung mulai pulang. Ya, jam sudah menunjukkan hampir pukul delapan malam.
Tak terasa sudah lebih satu jam malam ini kami berkeliling di sekitar Kaliurang daerah kos anakku.
"Ayo Le, antar ibuk balik, " ajakku.
Sampai di asrama, teman sekamarku langsung bertanya.
"Wah, jalan-jalan lagi Bu? "
Aku tersenyum.
"Mumpung di Jogja Bu Dewi.., ada anak pula. "
Jawabanku disambut tawa Bu Dewi dan tak berapa lama kamipun sibuk mengerjakan tugas kami masing-masing.
Tak terasa ini hari terakhir diklat di Jogja. Hari ini kami diberi keleluasaan untuk eksplor Jogja. Di antara teman-teman ada yang berjalan-jalan sekaligus belanja ke Malioboro atau pasar Beringharjo.
Jam delapan anakku dengan beat merah kesayangannya sudah siap mengajakku berputar-putar mengelilingi Jogja.