Mohon tunggu...
Yuhana Kusumaningrum
Yuhana Kusumaningrum Mohon Tunggu... Penulis - Manusia

Tamu di Bumi

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Cerpen | Gudang Jeritan

28 Februari 2020   09:00 Diperbarui: 28 Februari 2020   09:03 440
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Sang Bapak menjerit terkejut, "Waaaa!! Haa... S... Suppriii... WAAAAAHH!"  Dan ia lari terbirit-birit. Supri terpingkal-pingkal menertawakan bapak tersebut. Udin pun keluar dari persembunyiannya di belakang Supri dan bertanya keheranan, 

"Kok... bapak itu aneh, ya? Kan dia sudah lihat kalau ini kamu, Pri, lalu kenapa masih ketakutan ya?"  Supri berhenti tertawa. Dan berbalik perlahan menghadap ke arah Udin; menampakkan wajahnya yang putih pucat dengan kedua mata yang cekung dan gelap. "

Mungkin karena... aku ini sudah mati, Din..." 

 "Wuaaaaaaa!" semua berteriak lebih keras. Tetapi kemudian tertawa bersama-sama.

"Sekarang giliranku ya, Kak," ujar Poppy.

"Silakan, Pop."

"Di sebuah sekolah," Poppy memulai, "ada dua orang murid nakal yang sering melanggar peraturan. Berulang kali mereka mendapat teguran dari guru dan kepala sekolah, bahkan sampai orangtua mereka pun sudah dipanggil ke sekolah. Namun tetap saja tingkah laku mereka tidak berubah. Nasihat dari orang tua yang menginginkan mereka untuk berubah menjadi anak yang baik, juga tak pernah mereka pedulikan. Pada suatu hari saat jam pelajaran sedang berlangsung, mereka menyelinap ke dalam gudang sekolah untuk merokok. Karena asyik bercanda, mereka tak menyadari ada sebuah puntung rokok yang masih menyala terjatuh ke lantai; dimana banyak terdapat bahan-bahan yang mudah terbakar. Kemudian api berkobar dengan cepat - menutup jalan keluar. Teriakan minta tolong mereka tak terdengar karena letak gudang yang terpisah di belakang gedung sekolah. Dan akhirnya ... kedua murid itu pun meninggal terbakar di dalam gudang."

"AAAAHHHH!" Devina dan Wulan menjerit-jerit sambil berguling-guling di lantai, seperti menahan sakit yang amat sangat.

"AAAAHHH!! TIDAAAAKK!! AAAAGGGHHHHHHH!"

Poppy mengamati pemandangan itu dengan hati sedih.

"Dan karena jeritan Kakak-Kakak adalah yang paling keras setelah mendengar ceritaku barusan, berarti aku yang menang," ucap Poppy, "Kak Devina, Kak Wulan, sebagai Ketua Klub, aku perintahkan kalian untuk pergi dengan damai. Pergilah ke tempat dimana kalian seharusnya berada, dan jangan mengganggu murid-murid di sekolah ini lagi."

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun