Mohon tunggu...
Yuhana Kusumaningrum
Yuhana Kusumaningrum Mohon Tunggu... Penulis - Manusia

Tamu di Bumi

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Gaia - 3

20 Mei 2018   20:55 Diperbarui: 1 Juli 2018   20:00 730
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Novel. Sumber ilustrasi: PEXELS/Fotografierende

( Sebelumnya )

"Alpha Centaurian ?"

Armenia mengangguk, "Mereka shape-shifter. Perubah-bentuk. Apa yang kau pikirkan di otakmu dapat terbaca oleh mereka. Dan mereka mampu mengubah bentuk menjadi sesuai dengan gambaran itu."

"Wah ... canggih sekali mereka."

"Canggih itu menurutmu. Bagi mereka itu hal biasa saja, karena memang itulah kemampuan mereka."

"Apa tujuan mereka melakukan hal seperti itu ?"

"Hanya sekedar mencari makan."

"Mencari makan ??"

"Ya. Sebagian dari bangsa Alpha Centauri menggantungkan hidup dari energi negatif yang keluar dari tubuh manusia. Rasa takut, marah, benci, dendam, semuanya makanan enak bagi mereka. Mereka banyak berdatangan dan menetap pada lapisan tipis di sisi luar lapisan utama Bumi sejak manusia memisahkan diri."

"Hmm. Jadi itu alasan utama mereka sering menakut-nakuti manusia.  Untuk mencari makan. Kupikir hanya sekedar iseng saja."

"Tidak ada makhluk yang selama hidupnya dihabiskan hanya untuk iseng saja. Sama seperti manusia yang datang ke laut dan menebar jaring, membuat para ikan takut dan panik, kemudian menangkap tubuh fisik mereka dan memakannya. Bedanya hanyalah para Alpha Centaurian itu tidak memakan fisik manusia. Mereka hanya menebar ketakutan di otak kalian dan memakan energi negatif yang keluar dari tubuh kalian." 

"Bagaimana cara mereka memberi rasa takut pada manusia ?"  

"Dengan memancarkan getaran mereka  yang berada pada level rendah.  Getaran rendah membuat manusia merasa tertekan, dingin, gelisah dan hal-hal tak wajar lainnya yang kemudian menimbulkan rasa takut. Akibat rasa takut itu, kau mulai membayangkan sesosok makhluk  yang mengerikan. Kemudian waktu gambaran makhluk seram itu tertangkap oleh indera Alpha Centaurian, mereka akan berubah bentuk sesuai dengan yang kau bayangkan di otakmu. Dan saat rasa takutmu meledak waktu melihat mereka dalam wujud yang paling kau takuti, saat itulah mereka berpesta pora. Rasa takut kalian adalah makanan mewah bagi mereka."

"Hmm begitu ya. Aku juga pernah mengalami hal seperti itu waktu kebetulan masuk ke sebuah rumah kosong yang sudah lama sekali nggak ditinggali.  Menurut kabar yang beredar, katanya di rumah itu pernah ada pembunuhan. Lalu menjadi angker karena berhantu. Waktu aku masuk ke dalam, sebenarnya aku nggak melihat penampakan apa-apa sih. Tapi nggak tahu kenapa, badanku mendadak terasa dingin. Kakiku juga gemetaran. Mau melangkah aja rasanya berat. Terus rasanya seperti banyak yang menatap kearahku dari berbagai sudut. Untung aja aku  nggak sempat melihat hal  yang seram-seram."

"Pada saat seorang manusia mengalami hal-hal yang tidak menyenangkan, apalagi pembunuhan, disaat detik-detik akhir hidupnya itulah berbagai energi negatif dalam jumlah sangat besar memancar keluar dari tubuhnya.  Takut, marah, dendam, sedih, dan lain-lain. Dan energi-energi negatif ini, karena sifatnya berat, setelah dilepaskan dari tubuh hanya akan mengambang dan berputar-putar di udara. Tidak bisa hilang begitu saja tertiup angin. Inilah yang menarik para Alpha Centaurian untuk mendiami tempat-tempat seperti itu. Semakin lama mereka tinggal dan berinteraksi di tempat-tempat yang penuh energi negatif, maka semakin kuatlah mereka. Dan energi negatif di dalam rumah itu tidak akan pernah hilang selama tidak ada usaha untuk menetralkannya. Pada kasusmu di rumah bekas pembunuhan itu, berarti kau punya cukup banyak energi positif untuk menghalau energi negatif dari rumah itu dan getaran rendah para Alpha Centaurian sehingga rasa takutmu tak berlanjut."

"Begitu ya ...  memangnya bagaimana cara untuk menetralkan energi-energi negatif itu ?"

"Bisa dengan menggunakan bunyi-bunyian nyaring atau bau-bauan tertentu yang bisa memecah kepadatan energi negatif tersebut dan membuatnya menjadi lebih ringan sehingga dapat berbaur dengan udara bebas. Itupun harus dilakukan secara berkelanjutan, tergantung besar kecil dan berapa lama waktu yang telah dilalui oleh energi tersebut untuk berada disana. Jika energi di tempat tersebut sudah netral dan getarannya telah normal kembali, maka otomatis para Alpha Centaurianpun akan pergi dari situ dan mencari tempat baru yang lebih nyaman bagi mereka."   

"Begitu ya. Lalu, apakah ada makhluk yang getarannya berada di level tinggi ?"

"Ada."

"Siapa ?"

"Kami."

"Bangsa Centaurus ?"

"Kami semua yang tinggal di Gaia. Bangsaku, bangsa Peri, semuanya.  Gaia adalah  lapisan yang berada pada getaran tinggi. Maka otomatis semua penghuni Gaia akan selaras dengannya."

"Lalu, cara membedakan getaran level rendah dan level tinggi disaat manusia nggak bisa melihat wujud kalian, bagaimana tuh ?" 

"Tentang makhluk getaran rendah, kau sudah mengetahuinya barusan.  Sedangkan untuk makhluk getaran tinggi, seperti yang kau rasakan pada Xia.  Kau hanya merasakan ada hal yang aneh, tetapi tidak menakutkan. Tidak membuatmu tertekan.  Terkadang saat makhluk getaran tinggi betul-betul berada dekat sekali denganmu atau berusaha berkomunikasi denganmu, kau akan merasa seperti tersengat listrik pada bagian-bagian tubuhmu, atau seperti ada suara lonceng berdenting-denting di telingamu."

"Iya benar, Ar ! Aku memang merasakan sengatan listrik itu saat menangkap tubuh Xia !"

Armenia mengangguk.

"Oh ya. Belakangan ini aku juga beberapa kali mendengar suara senandung di luar jendela kamarku. Tapi nggak membuatku tertekan. Aku nggak merasa takut. Hanya sekedar penasaran saja."

"Senandung seperti apa ?"

"Agak susah kudeskripsikan. Suaranya sangat merdu seperti alat musik tiup. Tetapi juga terdengar bening seperti alat musik petik." 

"Hmm ...," Armenia tampak berpikir, "Nanti akan kucari tahu."

 

Seekor binatang lucu mirip kelinci  tiba-tiba melompat melewati mereka dan terbang dengan sayap lebarnya. Kemudian hinggap di sebatang ranting kecil di pucuk pohon yang tinggi.

Ann terkesima sesaat.  Benar-benar dunia yang menarik.

 

"Indah sekali ya pemandangan di Gaia ini," komentar Ann, "Sayang sekali manusia dulu memisahkan diri dari sini ya. Apa sih yang mereka inginkan sebenarnya ?  Aku masih kurang mengerti."

"Selain yang sudah kukatakan tadi, soal kekuasaan, mereka juga punya satu minat khusus. Di bidang teknologi. Menurut mereka, semakin tinggi dan hebat teknologi yang mereka miliki, maka kedudukan mereka akan semakin tinggi di mata yang lainnya. Sementara kami disini tidak merasa bahwa itu adalah hal penting. Dan manusia merasa kesal karena yang lainnya tidak memuji dan memuja atas kehebatan mereka."

"Dan apa yang dianggap paling baik disini ?  Di duniamu ?"

"Kami menjunjung tinggi persahabatan dan perdamaian. Apapun jenis dan bangsa kami. Kalaupun kami ingin bersaing, kami bersaing dalam menciptakan perdamaian. Coba kau pikir, jika semua bangsa berlomba untuk menciptakan suasana persahabatan dan perdamaian yg lebih baik dan lebih baik lagi secara terus menerus, apa yang akan terjadi ?"

"Dunia yang amat sangat damai."

"Benar. Sementara di duniamu, semua bangsa dan semua kelompok terus berlomba untuk lebih kuat, lebih canggih, lebih banyak jumlahnya, dan lalu apa yang terjadi ?"

"Dunia yang penuh peperangan."

"Benar. Itu semua tergantung pola pikir awal kalian. Apa yang ditanamkan oleh para pendahulu kalian, maka itulah yang akan diikuti oleh para keturunannya. Otak kalian sudah diatur untuk mempercayai bahwa kekuatan, kehebatan, kekuasaan, kekayaan dan teknologi, adalah nomor satu dalam kehidupan. Tak ada yang lain."

"Kamu benar. Di Bumi, bangsa atau kelompok yang berhasil menemukan teknologi canggih terbaru, pasti akan merasa menjadi yang paling berkuasa. Kenapa ya manusia nggak bisa berpikir seperti kalian ?"

"Itu sangat sulit. Sudah turun temurun kalian diajarkan untuk menomorsatukan semua itu. Bangga akan pencapaian yang lebih tinggi daripada yang lain dan tidak akan membaginya kecuali dengan imbalan. Ajaran itu akan melekat terus. Menjadi pondasi dan patokan dalam menjalani hidup."

"Nah kalian sendiri, apa kalian nggak memerlukan teknologi dalam kehidupan kalian ?"

"Kami juga memerlukannya sesekali. Tetapi sudah ada bangsa-bangsa yang mengkhususkan diri di bidang itu.  Jika kami perlu, kami bisa meminta bantuan mereka. Mereka akan memberikannya dengan cuma-cuma. Kami saling membantu satu sama lain. Tidak merasa harus menguasai keahlian bangsa lain. Kami menyadari bahwa kami tidak bisa rakus menguasai semua bidang. Setiap bangsa memiliki keahlian spesial masing-masing. Dan seharusnya kita mengasah kemampuan spesial itu sampai ke tingkat tertinggi. Bukan malah sibuk melihat ke kiri dan ke kanan dan menjadi iri pada kemampuan bangsa lain dan berusaha menguasainya juga."

"Tapi di buku-buku cerita, kalian juga berperang satu sama lain."

"Itu hanya cerita yang dibuat dengan tujuan supaya manusia selalu tersugesti bahwa hidup itu harus bersaing dan berperang jika ingin bertahan hidup. Justru akibat ide-ide dalam cerita itulah maka timbul keinginan di diri kalian ; manusia, untuk berperang. Kami tidak berperang, karena tak ada yang berpikir pertama kali untuk memunculkan kata perang. Semuanya serba sebab akibat. Kau mengerti ?"

"Ya," Ann mengangguk, "Tapi, di Bumi, mau nggak mau kami memang harus bersaing untuk bisa hidup. Dari hal kecil hingga hal besar. Juga harus mengikuti aturan dan perintah pemimpin. Itu mutlak."

"Ya. Sistem hirarki di bumi membuat manusia menjadi bodoh. Tak menyadari bahwa semua keinginannya dibatasi dan diatur menurut keinginan sang pemimpin."

"Tapi, memangnya kalian disini nggak punya pemimpin ?"

"Tidak ada. Hanya ada para Tetua yang biasa kami mintai pendapat atau saran. Mereka yang telah banyak sekali bermanifestasi dalam berbagai wujud  atas keinginan sendiri, untuk bisa mempelajari kehidupan dari berbagai sisi."

"Apa maksudnya dengan mereka sudah bermanifestasi berkali-kali ?  Reinkarnasi ?"

"Ya. Mereka ber-inkarnasi atas kemauan sendiri dan bisa mengingat semua pengalaman hidupnya sehingga bisa mengajarkan kepada yang lain supaya Gaia tetap dalam kondisi dan situasi aman. Karena merekalah kami semua bisa tetap menjadi makhluk Gaia sejati."

"Jadi, nggak ada yang membuat peraturan ?"

"Kami tidak butuh peraturan karena semua bisa mengatur dirinya sendiri."

"Kalau semua orang mengatur dirinya sendiri, memangnya nggak bakal jadi kacau tuh ?  Soalnya semua orang akan mengikuti keinginannya sendiri kan ?"

"Keinginan pribadi kami tidak pernah merugikan makhluk lain. Sehingga tidak akan timbul kekacauan." 

"Dan nggak pernah terjadi kejahatan sama sekali ?"

"Kejahatan timbul apabila ada yang diperebutkan. Makanan, kebutuhan sehari-hari, dan lain-lain. Di Gaia, semua itu bisa didapatkan secara cuma-cuma."

"Semuanya gratis ? Kalau semua digratiskan, memangnya nggak ada yang berpikir untuk mengambil lebih banyak dari yang lain ?" 

"Tidak. Untuk apa mengambil lebih banyak dan menyimpan sisanya, kalau esok hari kita masih bisa mendapatkannya ?  Alam akan selalu  menyediakan kebutuhan kita setiap hari. Asalkan kita menggunakan secukupnya, dan dengan niat baik."

"Bagaimana kalau berebut kepemimpinan untuk mendapatkan kehormatan ?"

"Kehormatan di Bumi diperlukan supaya manusia lain menjadi tunduk dan mau mengikuti aturan pemimpin  bukan ?  Nah, di Gaia kami sudah saling menghormati satu sama lain tanpa harus menundukkan makhluk lain terlebih dahulu. Rasa hormat yang murni timbul dari dalam hati, bukan karena terpaksa atau diwajibkan, seperti sebagian manusia di Bumi terhadap pemimpinnya."

"Mm ... kalau memperebutkan harta ...?"

"Di Gaia tidak ada harta dalam artian seperti di Bumi. Disini tidak ada uang atau perhiasan berharga.  Tidak ada gaya hidup tertentu yang bisa dibanggakan.  Harta kami adalah ilmu pengetahuan dan kebijaksanaan. Dan kedua hal itu tidak perlu dan tidak mungkin diperebutkan. Pengetahuan bisa kami dapat dari berbagai sumber dengan cuma-cuma. Sedangkan kebijaksanaan, itu tergantung dari diri kita masing-masing dalam menerapkan isi pengetahuan itu."

"Iya ya. Di Bumi, untuk mendapatkan pengetahuan saja kita harus membayar dengan uang, yang harus kita cari dulu dengan susah payah sebelumnya. Dan kami sangat tergantung pada kekayaan materi. Semakin mahal barang yang kami miliki, maka semakin percaya diri dalam menjalani hidup."

"Itulah yang sangat disayangkan, Ann. Disini, tak ada yang perlu dikejar menggunakan kekuasaaan dan kekayaan. Sementara di duniamu, untuk menjadi seorang pemimpin saja harus melalui perbuatan jahat lebih dahulu."

"Maksudmu, semua pemimpin di duniaku pasti berbuat jahat ?"

"Bukan begitu. Ada beberapa pemimpin yang benar-benar baik dan murni ingin memperbaiki kondisi di duniamu. Tetapi supaya ia bisa mencapai posisi itu, harus melalui peperangan atau minimal perseteruan terlebih dahulu kan ?  Karena pihak yang jahat tidak akan rela begitu saja melepaskan kesempatan untuk menjadi pemimpin juga.  Dan manusia-manusia yang baik itulah yang justru lebih banyak memiliki musuh, banyak dihina dan dicerca, bahkan difitnah dengan keji. Dan akhirnya demi mengalahkan musuh yang jumlahnya banyak itu, para pemimpin baik akan dengan terpaksa memikirkan cara yang cerdik bahkan licik untuk mengalahkan pesaingnya.  Pada akhirnya menjadi sama saja kan ?  Semuanya menjadi manusia yang tidak baik."

"Iya ya. Lalu, bagaimana dengan kejahatan yang nggak dengan tujuan untuk memperebutkan sesuatu ?  Misalnya karena kesal atau tersinggung ?"

"Kesal dan tersinggung biasanya timbul karena adanya perbedaan. Perbedaan pada status sosial, posisi dalam masyarakat, ego, dan rasa kepemilikan terhadap sesuatu atau seseorang, yang apabila hal itu direnggut darinya, maka timbul kemarahan. Di Gaia, tidak ada hal seperti itu. Status sosial dan hak kami semua sama. Dan tidak ada yang pernah menginginkan milik makhluk lain. Tidak ada ketamakan."

"Bagaimana dengan pelecehan dan perkosaan ?  Kau tahu soal itu, Ar ?"

"Ah, ya aku tahu. Itu adalah kejahatan di Bumi yang paling tak bisa kami mengerti. Paling tak termaafkan, menurut kami. Kami semua disini  tidak pernah memiliki keinginan seperti itu karena kami berada pada kesadaran yang lebih tinggi. Disini, kami tidak pernah menilai penampilan suatu makhluk dari bentuk luarnya. Kalaupun kami menyadari tampilan luarnya yang indah, maka hal itu akan membuat kami semakin kagum dan menghargainya. Menghormatinya sebagai makhluk yang memiliki bentuk indah. Tidak sedikitpun berpikir untuk memaksakan apapun kepadanya.  Tidak ada di pikiran kami untuk berbuat sesuatu di luar keinginan makhluk tersebut."

"Sementara di Bumi," Ann menghela napas, "Pelecehan dan perkosaan terjadi dimana-mana. Terutama terhadap kami, perempuan. Dalam ruang lingkup sekecil apapun. Hukum yang ada tidak terlalu kuat untuk memberi sanksi yang cukup besar kepada pelaku. Terbukti masih banyak orang yang berani melakukannya."

"Ya. Kalian memberikan hukuman terlalu ringan untuk kejahatan sekeji itu."

"Betul ! Dan kamu tahu nggak, beberapa pihak bahkan selalu saja mencari-cari kesalahan dari si korban. Dianggap bersalah karena berpakaian terbuka lah, dianggap bersikap menggoda lah. Aneh kan ? Perempuan diharuskan menahan berekspresi, menahan ketidaknyamanan karena harus memakai pakaian yang tidak bersahabat dengan cuaca, dan menahan diri untuk tidak keluar rumah sendirian di waktu-waktu tertentu. Sementara laki-laki nggak mau sedikitpun menahan hasrat dan hawa napsunya ?   Kenapa laki-laki dimaklumi kalau nggak bisa menahan hawa napsu, sementara perempuan diharuskan untuk bisa menahan ketidaknyamanan dan kebebasan ? Kalau mau adil, kenapa nggak sama-sama menahan ?" seru Ann berapi-api.

"Aku mengerti kemarahanmu, Ann. Itu kesenjangan antar gender yang sudah diterapkan sejak awal peradaban. Maksudku, awal peradaban yang terdapat dalam catatan sejarah resmi di Bumi. Pola yang sama yang juga diterapkan untuk membeda-bedakan ras dan spesies."

"Memangnya apa sih, keuntungan mereka membuat ketetapan seperti itu ?"

"Kepuasan diri. Kemenangan ego. Rasa bangga dan berjaya karena bisa berada di atas yang lain." 

"Tetapi mereka menerapkannya dengan landasan yang kuat. Bukti-bukti catatan kuno mengatakan tentang hal itu."

"Mengenai catatan kuno, hmm ... Ann, kau tahu permainan pesan berantai ?"

 "Pesan berantai ?"

( Selanjutnya )

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun