Jadi, Apa Alternatifnya?
Daripada memaksakan struktur formal, organisasi seharusnya fokus pada:
- Kepemimpinan Digital Nyata: Cari pemimpin yang mengerti baik teknologi maupun bisnis, bukan sekadar gelar CIO.
- Budaya Kolaborasi: Bangun tim lintas fungsi (squad, tribe) seperti yang dilakukan Spotify, bukan struktur vertikal kaku.
- Tata Kelola yang Kontekstual: Terapkan prinsip IT Governance sesuai ukuran, budaya, dan kecepatan organisasi. Bukan satu resep untuk semua.
- Desentralisasi Keputusan Teknologi: Beri kewenangan pada unit bisnis untuk memilih dan mengelola solusi TI-nya, dengan panduan dari pusat.
- Penilaian Berbasis Dampak: Ukur keberhasilan IT bukan dari berapa struktur yang terbentuk, tapi dari berapa banyak nilai yang dihasilkan.
Tata Kelola Bukan Soal Struktur, Tapi Soal Sikap
Terlalu lama kita percaya bahwa solusi untuk kekacauan TI adalah dengan membentuk struktur formal. Seolah-olah masalah dapat diselesaikan dengan mencetak organigram baru dan membuat SK pengangkatan pejabat IT.
Padahal, tantangan terbesar kita bukan pada struktur, tapi pada mentalitas. Apakah kita siap untuk melihat IT sebagai enabler strategis, bukan sekadar cost center? Apakah kita berani mendelegasikan kontrol kepada tim yang lebih dekat ke pelanggan?
Tata kelola IT bukan tentang bagan, tapi tentang bagaimana organisasi mengambil keputusan teknologi secara bijak, cepat, dan berdampak. Dan untuk itu, struktur formal mungkin bukan solusi melainkan penghalang.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!