Mitos 2: Struktur Tertulis Menjamin Kepatuhan Regulasi
Benar, banyak standar dan regulasi seperti COBIT, ISO 38500, atau Peraturan Pemerintah No. 71/2019 mensyaratkan adanya struktur pengelolaan TI yang jelas. Tapi "jelas" tidak sama dengan "formal dan tertulis secara kaku".
Banyak organisasi sukses menjalankan tata kelola IT dengan pendekatan lintas fungsi (cross-functional team) yang fleksibel, bukan dengan struktur vertikal yang baku. Di dunia yang serba agile, pendekatan struktural justru membunuh inovasi. Siapa yang punya waktu untuk menunggu birokrasi saat pelanggan menuntut layanan digital sekarang juga?
Regulasi seharusnya menjadi alat bantu, bukan cambuk yang membuat kita terjebak pada pendekatan kuno.
Mitos 3: Tanpa Struktur Formal, IT Tidak Akan Dianggap Serius
Ini adalah ketakutan klasik. Banyak CIO merasa bahwa tanpa struktur formal, peran IT akan dipandang sebagai fungsi pendukung biasa, bukan mitra strategis. Maka mereka memperjuangkan pembentukan unit khusus, lengkap dengan nama yang keren.
Namun fakta membuktikan sebaliknya. Organisasi yang benar-benar strategis dalam IT justru mengintegrasikan fungsi TI ke dalam seluruh lini bisnis---bukan memisahkannya dalam kotak eksklusif. Di perusahaan seperti Amazon, IT bukan sekadar unit, tapi bagian dari DNA setiap proses bisnis.
Struktur formal justru bisa menjadi penghalang kolaborasi antar divisi. Ketika unit IT terlalu eksklusif, mereka kehilangan pemahaman akan kebutuhan bisnis. Akibatnya, sistem yang dibangun tidak relevan, dan proyek digitalisasi gagal menyentuh realitas pelanggan.
Fakta di Lapangan: Struktur Formal Sering Jadi Formalitas Belaka
Mari jujur. Di banyak organisasi, struktur IT formal hanya ada di atas kertas. Bagan organisasi dipampang di presentasi manajemen, tapi dalam praktiknya:
- Keputusan tetap diambil oleh pimpinan non-TI
- Budget TI dipotong karena tidak dianggap prioritas
- Peran-peran seperti IT Steering Committee tidak pernah aktif
- Proyek IT berjalan atas inisiatif individu, bukan institusi
Struktur itu menjadi semacam "teater tata kelola", di mana semuanya terlihat tertata rapi, padahal di balik layar, kekacauan merajalela.