Ciuman Yang Menghukum
Di bawah kilatan cahaya obor, dua pasang mata bertemu.
Satu mata penuh kasih yang tak tergoyahkan---mata Yesus.
Yang satu lagi penuh kegelisahan yang tak tertahankan---mata Yudas.
Yudas melangkah mendekat.
Langkahnya tidak ragu, tetapi juga tidak ringan.
Di belakangnya, prajurit-prajurit bersenjata siap menangkap Yesus.
Ketegangan memenuhi udara.
Yesus tetap diam. Ia menunggu.
Dan Yudas akhirnya sampai di hadapan-Nya.
Ia menarik napas dalam, lalu berkata:
"Salam, Rabi."
Lalu ia mencium Yesus.
Ciuman yang Berbeda dari yang Lain
Sepanjang perjalanan pelayanan-Nya, Yesus menerima banyak ciuman kasih.
Seorang perempuan berdosa mencium kaki-Nya sebagai ungkapan pertobatan .
Maria, saudara Lazarus, mencium-Nya saat mengurapi-Nya dengan minyak narwastu.
Tetapi ciuman ini berbeda.
Ciuman ini bukanlah kasih.
Ciuman ini adalah pisau bermata dua yang menusuk hati-Nya.
****
Saat bibir Yudas masih menempel di pipi-Nya, Yesus berbicara.
Suara-Nya lembut, tetapi menusuk ke dalam jiwa.
"Hai Yudas, dengan ciuman engkau menyerahkan Anak Manusia?"
Tiba-tiba, dunia Yudas seakan berhenti.
Kata-kata itu bukan sekadar teguran.
Kata-kata itu adalah cermin yang menampakkan wajahnya yang sebenarnya.
Ia adalah pengkhianat.
Dalam sekejap, semua yang telah ia lakukan melintas di pikirannya.
Tiga puluh keping perak.
Perjanjian rahasia dengan imam-imam.
Langkah-langkahnya yang terhitung menuju Getsemani.
Dan sekarang---ciuman ini.
Semuanya tak bisa diurungkan.
Yesus tidak menghindar, tidak melawan.
Ia tidak menarik diri dari Yudas.
Ia membiarkan ciuman itu terjadi.
Tidak ada kemarahan.
Tidak ada penghinaan.
Hanya ada tatapan penuh belas kasih yang semakin menghancurkan hati Yudas.
Yesus menerima pengkhianatan ini.
Ia tidak kalah.
****
Setelah ciuman itu, Yudas mundur.
Ia melihat prajurit-prajurit segera menangkap Yesus, membelenggu-Nya.
Murid-murid mulai panik---dan Yudas mulai merasa sesuatu yang mengerikan dalam dirinya.
Ini salah.
Ia tahu ini memang rencananya.
Tetapi mengapa dadanya begitu sesak?
Ia telah menjual Yesus...
Tetapi sekarang, ia merasa bahwa dirinya lah yang telah binasa.
****
Saat prajurit menarik Yesus pergi, Yudas berdiri terpaku.
Ciuman itu masih terasa di bibirnya.
Tetapi bukannya membawa kepuasan, ciuman itu kini menjadi kutuk bagi dirinya sendiri.
Ia melihat murid-murid lain melarikan diri.
Ia melihat Yesus dibawa pergi dalam gelap.
Dan ia berdiri sendirian---bersama penyesalannya yang mulai menggerogoti jiwanya.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI