Gelap.
Tawa.
Tiga suara, satu irama: Asna, Mala, dan Raffa. Serempak. Berat. Dalam.
Tawa dari tempat yang tidak memiliki nama.
Saat lampu kembali menyala, kakek itu sudah memegang boneka kayu itu. Warnanya lebih gelap. Seolah berkeringat.
Ketiganya batuk. Sadar. Lelah. Seperti baru kembali dari mimpi panjang dan buruk.
Mereka berhasil menghindari presentasi.
Sekolah diliburkan tiga hari.
Tapi saat Dio berjalan pulang menyusuri lorong sekolah yang lengang, ia tahu-ia tidak sendirian.
Bayangan tampak lebih panjang.
Angin terdengar seperti bisikan namanya.
Dan bau itu kemenyan, tanah basah masih menempel di kulitnya.
Ia tahu: bagi tamu yang mereka undang, ini baru pembukaan.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI